BERBAGI
TURUN DRASTIS--Pada pukul 17.00, Selasa (9/4/2024), stok para pedagang daging sapi musiman masih menumpuk. Harga pun turun drastis, menjadi Rp120 rib per kilogram. (foto: akhir matondang)

PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Para pedagang daging sapi musiman terpaksa mengelus dada. Pada, Selasa (9/4/2024) sore, mereka terpaksa banting harga lantaran dagangan mereka belum habis. Pada pukul 17.00, dijual sampai Rp120 ribu per kilogram.

Harga tersebut anjlok dibanding pagi harinya. Para pedagang daging sapi dan kerbau di Pasar Baru Panyabungan dan Pasar Lama Panyabungan membuka harga pada Selasa pagi: Rp170-180 ribu. Daging sapi, dibandrol Rp170 ribu, sedangkan daging kerbau Rp180 ribu.

Harga tersebut relatif bertahan sampai sekitar pukul 13.00. Ba’da zuhur, daging kerbau mulai turun menjadi Rp170 ribu, sedangkan daging sapi menjadi Rp160 ribu. “Itu pun kalau ditawar, atau kenal sama pekerja lapaknya,” kata Saniah, warga Kelurahan Panyabungan II, Panyabungan, Madina.

Jelang azar, harga makin merosot disebabkan stok masing-masing lapak masih banyak. Satu dua pedagang mulai banting harga, baik di Pasar Baru maupun Pasar Lama.

BERITA TERKAIT  Santri Musthafawiyah yang Hanyut Ditemukan di Bawah Jembatan Hutabargot

Bahkan, stok daging sapi atau kerbau para pedagang yang membuka lapak tersendiri di luar kedua pasar itu, juga masih menumpuk. Misalnya, di Gunungtua, Pidoli, Banjar Sehat, dan Aek Galoga—semuanya berada di wilayah Kecamatan Panyabungan.

Hingga berita ini ditulis pada pukul 18.00, atau sekitar setengah jam sebelum azan magrib, stok dagangan para pedagangan masih banyak. Tak ada pilihan lain, kecuali menjual harga murah. Daging kualitas super dijual Rp120-130 ribu per kilogram, sedang tulang sop kualitas super Rp80 ribu.

Bisa ditebak, jika harga daging sapi atau kerbau kualitas super hanya Rp120-130 ribu, berarti kualitas rendah jauh lebih murah. “Diluar kualitas super, harga bisa nego. Ada kesan, para pedagang menetapkan harga asal dagangan mereka jadi uang. Saya beli untuk stok pasca lebaran,” kata Risman, seorang warga.

Wajah-wajah layu terpancar dari para pekerja dan pemilik lapak. Selain karena dagangan belum habis, hampir dipastikan mengalami kerugian.

BERITA TERKAIT  Pemkab Madina Nanti Malam Gelar Pertemuan dengan Tokoh-Tokoh Perantau di Jakarta

Mereka duduk-duduk di belakang rinti (lapak terbuat dari bambu dengan atap pelapah kelapa) sembari memandangi warga yang membeli dengan harga murah.

Kamam, seorang pedagang daging musiman, menyebutkan rendahnya daya beli masyarakat menjadi pemicu dagangan mereka tak habis. “Hampir dipastikan semua rugi. Beli hewannya mahal, sementara harga jual daging tak sesuai harapan,” ujarnya.

Memang, kata dia, pasar tampak ramai, tetapi kebanyakan mereka hanya membeli jumlah sedikit. “Ada yang beli cuma seperapat kilogram,” ujarnya.

Kondisi tersebut diperparah jumlah pedagang daging musiman yang membuka lapak menjelang Idul Fitri 1445 H ini tergolong banyak. “Jika ditaksir di Pasar Baru dan Pasar Lama, lebih 150 lapak. Ini belum termasuk lapak yang berada di hampir setiap desa atau kampung,” sebut Sakirman, seorang pedagang lapak musiman. (*)

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI