BERITAHUta.com—Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut Zulkhairi Pulungan diduga berbohong untuk menutupi kelalainnya dalam membuat acara “Pekan Budaya Mandailing Natal Tahun 2019”.
Kepada Beritahuta.com dia menyebutkan banyak kegiatan tingkat nasional berjudul “pekan”, tapi hanya dilaksakan satu hari. Ia mencontohkan, salah satunya: Pekan Kebudayaan Nasional.
Namun berdasarkan penelusuran media ini lewat google, tidak betul kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 hanya digelar satu hari. Kegiatan yang diadakan Kemendikbud di Istora Senayan pada Senin (7/10-2019), berlangsung selama satu minggu, yakni pada 7 s.d. 13 Oktober 2019.
Tidak hanya itu, Zulkhairi juga menyebutkan istilah”pekan” itu banyak disebut di tingkat nasional, dan dilaksanakan cuma satu hari. Misalnya, kata dia, pekan pendidikan, pekan budaya, dan pekan nasional.
Namun, lagi-lagi berdasarkan penelusuran di google, semua yang disebutkan tersebut ternyata kegiatannya bukan dilaksanakan satu hari, melainkan sepekan alias tujuh hari.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pun, jelas disebutkan “pekan” mempunyai dua arti, yaitu: Pertama, pasar. Kedua, seminggu (tujuh hari).
Menurut Zulkhairi, pelaksanaan pekan budaya daerah yang mereka lakukan sudah terlebih dulu di konsultasikan ke pihak provinsi. Pekan budaya bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan pagelaran seni budaya, bisa juga dengan lomba tulis, seminar, sosialisasi, dan lain lain yang tujuannya adalah pelestarian budaya.
“Bukan karena kata pekan harus waktunya sepekan,” kata kabid yang jarang ditemui di ruang kerjanya.
Mengenai anggaran yang dipakai untuk kegiatan “Pekan Budya Mandailing Natal 2019”, dia tidak bersedia menyebutkan. “Lihat saja ada di buku APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), terbuka untuk umum,” ujarnya.
Berkali-kali didesak jumlah anggaran kegiatan tersebut, pejabat yang sempat pindah ke Kabupaten Pasaman, Sumbar, untuk mencari jabatan itu, tetap tidak bersedia menyebutkannya. “Lihat sajalah di sana biar jelas.”
Mengenai judul “pekan” dan ternyata hanya dilakukan sehari, Zulkhairi tidak mau disebut melakukan pembohongan publik. “Kenapa saya berbohong,” katanya.
Seperti diberitakan, kegiatan “Pekan Budaya Mandailing Natal 2019” mendapat sorotan tajam dari berbagai elemen masyarakat, terutama dari para pekerja seni dan budaya.
Kegiatan itu ditengarai hanya mengedepankan “proyek” dan materi untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.
Budayawan Mandailing Askolani merasa kaget karena kegiatan tersebut hanya dilaksanakan satu hari, padahal judulnya jelas disebutkan “pekan”.
Menurutnya, konsep “Pekan Budaya Mandailing Natal 2019” yang diusulkannya ketika masih menjabat kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan Madina, sekurang-kurangnya dilaksanakan tiga hari.
Manaon Lubis, seorang pemerhati seni dan budaya, menyayangkan saat ini kita masih berada ditengah-tengah birokrasi yang tidak memiliki dan mencintai adat budaya Mandailing.
“Yang konsen terhadap adat budaya kita hanya pak bupati, sementara yang dibawahnya, ampun, hanya berorientasi kepada proyek dan materi. Menarik untuk kita telusuri hal ini,’ ujarnya. (*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang