TIDAK semua kaum muda berminat terhadap bidang pertanian. Mereka lebih tertarik jadi tenaga honorer di pemda, misalnya, daripada menekuni dunia usaha yang memiliki prosfek cerah.
Tak jarang pula, seorang lulusan SLTA atau perguruan tinggi (PT), merengek-rengek agar sang orang tua menjual lahan perkebunan atau persawahan mereka hanya supaya dapat uang sebagai “pelicin” masuk honorer atau pegawai negeri sipil (PNS).
Berbeda dengan Azwar Pulungan. Kaum milenial yang biasa disapa Lian, ini justru tidak tertarik sama sekali menjadi PNS, apalagi honorer di pemda. Ia yakin usaha budidaya tanaman buah lebih menjanjikan sebagai penopang ekonomi keluarga, sekaligus bisa membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.
Sekarang Lian sudah mulai menggapai sukses atas usaha ini. Di bidang tanaman pepaya, ayah dua anak– Yasmin Zaskia Pulungan dan Khairunnisa Fatimah Pulungan—sudah begitu dikenal di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Sejumlah petani pepaya jenis calina-IPB di seputaran Madina, mendapatkan bibit dari Runding Farm, nama usaha perkebunan Lian yang berlokasi di Desa Runding, Kecamatan Panyabungan Barat, Madina—sekitar 12 kilometer dari Kota Panyabungan.
Minat para petani pepaya calina mendapatkan bibit dari Runding Farm tak lepas dari sukses Lian mengembangkan bisnis tersebut.
Sukses Lian bertani pepaya calina tak bisa dipungkiri menjadi inspirasi bagi masyarakat mengembangkan tanaman buah. Lihatlah, sekarang hampir di setiap kecamatan sudah ada kebun pepaya, meskipun luas arealnya bervariasi.
Tiada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras. Itu pula prinsip Lian dalam memulai budidaya tanaman buah. Sebelum menggeluti bidang ini, alumni Universitas Pakuan Bogor ini terlebih dahulu banyak membaca buku-buku mengenai teknik pertanian.
Ia juga mempelajari potensi pasar, baik lokal maupun ekspor. Sebagai gambaran, tahun 2006 saja, Indonesia sudah mengekspor lebih dari 262 juta kg buah-buahan dari 13 jenis buah-buahan unggul. Di antaranya, nanas, pepaya, manggis, pisang, jeruk, mangga, dan jeruk.
Tak hanya itu, suami Miskah Amelia Nasution ini juga mengunjungi areal budidaya tanaman buah yang ada di sejumlah desa dan kota di Pulau Jawa.
Setelah menyaksikan sendiri sukses para petani tanaman buah di sejumlah daerah, semangat Lian memulai usaha ini kian menggelora. Sekitar pertengahan 2011, ia pun mulai menanam pepaya calina.
“Langkah saya ini sebenarnya seperti melawan arus, sebab saat itu masih jarang, bahkan belum ada masyarakat minat melakukan budidaya tanaman buah. Apalagi sampai ribuan batang,” kata Lian.
Ia sangat mafhum untuk kebutuhan di dalam negeri pun, produksi buah nasional masih belum mencukupi. Akibatnya, buah-buahan impor turut mendominasi pasar-pasar swalayan di tanah air.
Ketika memulai usaha ini, selain tanaman pepaya calina, juga ada melon, kol dan tanaman holtikultura lainnya. Saat ini, lahan Runding Farm yang sudah ditanami buah-buahan sekitar 10 hektare.
“Saat ini kami tanam pepaya calina IPB sebagai tumpang sari. Ada sekitar 4.000 batang yang sedang panen, sedangkan yang belum panen pun sekitar 4.000 batang,” ujar Lian saat Beritahuta mengunjungi areal perkebunan Runding Farm, belum lama ini.
Mengenai pemasaran, Lian menyebutkan hingga saat ini tidak ada masalah. Pihak pengepul datang langsung ke kebun, dan hasil panen dibawa mereka ke Kota Medan. Selain untuk konsumsi lokal, sebagian diekspor ke sejumlah negara.
Tentu saja usaha ini bukan tak ada kendala. Selain soal penyakit yang timbul pada pohon pepaya calina, juga persoalan pemasaran. Di saat musim hujan produksi biasanya meningkat, sedang permintaan menurun.
“Jika buah-buahan di Jawa musim, seperti mangga, biasanya minat masyarakat makan pepaya berkurang. Saya kira itu hal lumrah dalam dunia usaha,” kata Lian, petani milenial kelahiran Panyabungan, 17 Januari 1977.
Menurut Lian, pepaya calina di kebunnya panen seminggu dua kali, yaitu: Rabu dan Sabtu. Setiap panen mencapai dua sampai tiga ton.
Saat ini harga buah pepaya calina sempurna (lonjong) Rp2.300 per kilogram, sedangkan buah bulat Rp1.500 per kilogram.
Di Desa Runding saja, sekarang ada 30-an hektare tanaman pepaya calina atau sekitar 48.000 batang.
Lian yang saat ini dibantu 10 orang tenaga kerja mengatakan untuk jangka panjang tanaman pepaya tidak bisa dijadikan andalan. Kalau terlalu banyak yang menanam, bisa terkendala pemasaran.
Sekarang hampir semua jenis tanaman buah ada di areal kebun milik Lian.
Lalu, langkah apa yang sedang digarap alumni SMA Negeri 1 Panyabungan tersebut dalam mengembangkan usahanya, nantikan tulisan bagian kedua dari sukses Runding Farm selaku pelopor budidaya tanaman buah di daerah ini…(*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang