BERITAHUta.com—“Sampai kapan kami hidup dalam kegelapan,” tulis pemilik akun facebook (fb) Aswan Asone dalam kolom komentar suatu berita yang di-share media ini di fb.
Aswan Asone mengaku warga Desa Banjar Malayu, Kecamatan Batang Natal, Mandailing Natal (Madina), Sumut. Dia juga menulis: dulu seorang pejabat sudah pernah janji mengenai penyelesaian hal tersebut, tapi hanya sebatas janji.
Tak itu saja, Aswan Asone mengaku sudah mengkonfirmasi mengenai harapan masyarakat Banjar Malayu ke dewan—tidak dijelaskan kepada wakil rakyat kabupaten, provinsi atau pusat–agar warga setempat bisa menikmati PLN (Perusahaan Listrik Negara), namun tidak ada respon dari legislatif.
Memang di Batang Natal masih ada warga di sejumlah desa belum menikmati penerangan PLN selain Banjar Malayu. Bahkan, jumlahnya tergolong banyak, seperti desa: Aek Manggis, Hadangkahan, Aek Baru Julu, Lubuk Samboa, Guo Batu, Lubuk Bondar, dan Aek Holbung.
Namun sebagian desa tersebut sudah ada penerangan listrik melalui PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro), termasuk dusun-dusun yang ada di Banjar Malayu. Sebagian warga di desa ini sudah menikmati listrik tenaga surya dan tenaga sinar matahari.
PLTMH adalah teknologi untuk memanfaatkan debit air yang ada di sekitar warga diubah menjadi energi listrik dengan cara menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik. Sedangkan PLTS adalah sebuah cara memanfaatkan energi matahari menjadi sumber energi listrik atau biasa disebut “solar cell”.
“Semua desa-desa yang belum ada penerangan PLN, sudah terbantu dengan bantuan pemerintah, yaitu melalui PLTS dan PLTMH. Tentu saja penerangan yang didapat tidak sebaik PLN. Kedepan, harapan kami, warga bisa menikmati PLN,” kata Ali Sahbana, SP., camat Batang Natal.
Berdasarkan informasi yang didapat media ini dari berbagai sumber, Banjar Malayu tergolong desa miskin. Berdasarkan data per 30 Juli 2021, jumlah penduduknya 1.642 jiwa. Mereka tersebar di enam dusun, yaitu Aek Sisoma, Kampung Baru, Parkampungan, Banjar Dapdap, Aek Kopang, dan Torubar.
Pj. Kepala Desa Banjar Malayu Muhammad Ali Sutan Daulay mengakui warganya sangat mengharapkan ada penerangan PLN di desa itu. “Harapan ini sudah lama, bahkan sejak puluhan tahun lalu,” katanya.
Menurut Ali Sutan, berbagai upaya sudah dilakukan warga, aparat desa, dan pihak kecamatan agar masyarakat bisa menikmati penerangan PLN, namun terbentur pada kendala pemasangan tiang. Antara lain, warga harus membebaskan lahan dan sulitnya akses jalan yang hendak dilalui truk pembawa tiang menuju lokasi. Hanya Dusun Aek Sisoma yang mudah dilalui cold disel.
Jarak pusat Kecamatan Batang Natal dengan Banjar Malayu hanya sekitar tujuh kilometer. Namun, kondisi jalan yang belum bagus membuat desa ini sulit maju dan berkembang. Apalagi mata pencaharian warganya hanya mengandalkan tani dan pekerja musiman.
Banjar Malayu termasuk desa tua. Sejak Batang Natal resmi menjadi kecamatan yang merupakan pemecahan dari Kecamatan Natal, Desa Banjar Malayu sudah ada. “Jadi bukan desa pemekaran,” kata Ali Sutan.
Dia mengatakan, Banjar Malayu termasuk desa tertingal dan terisolir. Jalan antar dusun sangat memprihatinkan, ditambah belum ada penerangan PLN. “Mudah-mudahan kedepan desa ini bisa lebih maju jika jalan sudah bagus, dan warga sudah bisa menikmati PLN,” katanya.
Memang, saat ini Banjar Malayu sudah membeli jenset menggunakan dana desa, namun mesin ini hanya dipakai jika ada kegiatan PKK dan kegiatan lainnya. Sementara rumah warga belum bisa menggunakan penerangan jenset.
Ali Sahbana mengakui sejumlah desa di kecamatan yang dipimpin belum menikmati PLN disebabkan medan yang sulit dilalui. Beruntung sebagian warga sudah terbantu dengan PLTS dan PLTMH.
“Kami terus coba cari solusi agar masyarakat bisa menikmati PLN. Kunci kemajuan suatu desa antara lain jika warganya sudah mendapat aliran PLN dan kondisi jalan yang bagus,” katanya.
Karena itu, sesuai aspirasi masyarakat, pihak terus menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait agar semua warga Batang Natal bisa mendapat aliran listrik dari PLN. (*)
Editor: Akhir Matondang