BERBAGI
KACANG BOGOR--Brigjend TNI (Purn) M. Sofwat Nasution tampak jongkok menunggu Rosidah menghitung takaran sisa dagangannya yang hendak diborong bakal calon bupati Madina itu.

ENTAH mimpi apa Rosidah (53). Penjual kacang bogor yang biasa keliling di seputaran Pasar Baru, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut ini mendapat rezeki mendadak dari Brigjend TNI (Purn) M. Sofwat Nasution.

Malang tidak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Peribahasa itulah yang pas untuk Rosidah. Saat Sofwat melintas hendak masuk menuju Pasar Baru, sebenarnya ia tak melihat wanita itu berdiri menawarkan dagangannya.

“Pak tabusi malanga jagalkon.. (Pak belilah dagangan saya-red) ,” ujar Rosidah dengan wajah sayu. Suaranya yang pelan hilang ditelan riuh suasana pasar.

Ketika kalimat itu terucap dari si ibu, Sofwat dan sebagian rombongan sudah berjalan sekitar 10 meter melewati tempat penjual kacang bogor berdiri.

BERITA TERKAIT  Legitimasi Hasil Pilkada Madina 2020 Itu Kini dalam Genggaman Ja’far Sukhairi-Atika

Tiba-tiba salah seorang dari tim Sofwat mendengar suara hati Rosidah. Lantas ia pun berlari dan menyampaikannya terhadap sang jenderal.

Begitu mendengar laporan itu, sang bakal calon bupati Madina yang sudah mendaftar di partai: Gerindra, PKS, Perindo, dan PKPI tersebut langsung berbalik arah. “Mana…,” tanya alumni Akmil (1981) yang dilahirkan di Panyabungan  pada tahun 1959.

Sembari menunggu Rosidah menghitung takaran daganganya, Sofwat Nasution menanyakan penghasilan si ibu dalam sehari hasil berdagang kacang bogor.

Wajah Rosidah mendadak sumringah begitu melihat Sofwat berjalan menuju tempatnya berdiri. Dalam sekejap ia duduk, dan meletakkan tempat dagangannya di aspal.

Sadia argana (Berapa harganya-red),” tanya Sofwat.

“Dua ribu samangkok,” jawab Rosidah.

BERITA TERKAIT  Militansi PKS Madina Mulai “Retak”, 2 Mantan Ketua Ikut Gerbong Sofwat-Beir

Utabusi ma sude, sadia epengna (Saya beli semua, berapa uangnya-red),” sebut alumni SMA Negeri 1 Panyabungan (1979). Si ibu tidak menjawab, ia  langsung menakar sisa dagangan yang belum habis meskipun waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 15.15.

Madung mei, nangkon be etong be, ubayar ma sude (Sudah, enggak perlu lagi dihitung, saya bayar semua-red),” kata Sofwat.

On epengna, bagi-bagi ma kacang bogor nai (Ini duitnya, bagi-bagi saja kacang bogornya-red),” ujar Sofwat sembari menyerakan sejumlah uang yang sekilas tampak berwana merah. “Tarimokasi pak,” kata Rosidah dengan mata berkaca-kaca. (*)

Peliput: Tim

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here