BERITAHU.ta.com—Luar biasa. Pawai akbar bela tauhid yang digelar FUIB Madina seusai salat jumat, (2/11), mendapat sambutan antusias dari berbagai elemen masyarakat. Massa mengular sepanjang pusat Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara.
Peserta mulai melakukan “long march” dari Pondok Aek Lapan, Sipolu-polu, Panyabungan, sekitar pukul 14.00. Berbagai kalangan mengikuti kegiatan ini, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, wanita, dan orang tua.
Ribuan umat muslim ikut berjalan kaki dari lokasi “start” menuju Taman Kota Pasar Lama, Panyabungan. Mereka penuh semangat dan tidak ada tanda-tanda lelah meskipun digelar pada siang hari.
Di belakang barisan pejalan kaki tampak ratusan pengendara sepeda motor berkonvoi. Sebagian pejalan kaki dan yang menggunakan kendaraan mengenakan pengikat kepala bertuliskan kalimat tauhid. Para pengguna sepeda motor umumnya membonceng istri atau anak mereka.
Di belakang barisan sepeda motor, terlihat puluhan mobil berjalan pelan mengikuti derap langkah pejalan kaki. Semua peserta begitu semangat mengikuti pawai akbar bela tauhid ini.
Gema takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…” terus berkumandang di sepanjang jalan yang dilalui peserta “long march.”
Sesekali rombongan melafazkan “La ilaha IllAllah, La ilaha IllAllah, La ilaha IllAllah…Muhammadur Rasulllah” dengan alunan merdu.
Aksi ini semakin menggelegar karena yang melakukan orasi pakai pengeras suara begitu lantang meneriakkan aspirasi umat Islam Madina. Para tokoh agama dan ormas/OKP (organisasi kepemudaan) secara bergantian menyampaikan orasi mengenai pemahaman tauhid.
Secara tegas, peserta parade bela tauhid menyatakan bendera yang dibakar di Garut bukan bendera ormas, atau kelompok tertentu. Tetapi bendera tauhid yang sangat dihormati oleh umat Islam.
Di tengah orasi yang menggema, terdengar sayup-sayup alunan “sholawat..” yang dilantunkan oleh para pejalan kaki, yang sebagian besar adalah kaum generasi muda.
Pada barisan konvoi tampak bendara Ar-Rayah dan Al-Liwa ukuran besar dan kecil. Bendera ini merupakan salah satu dari sekian banyak variasi bendera dan panji dalam Islam. Cirinya adalah warna dasar putih dan hitam.
Selain itu, ada juga bendera merah putih juga dalam ukuran besar dan bendera Palestina. Bendera merah putih sebagai wujud masyarakat Madina juga cinta NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
“Bendera yang dibakar di Garut bukan bendera organisasi. Bukan bendera satu golongan atau kelompok tertentu, tapi bendera tauhid milik semua umat muslim,” demikian orasi yang disampaikan salah satu pengurus OKP.
Warga Panyabungan dan sekitarnya turut mengapresiasi acara tersebut. Para pengguna jalan dan pengendara kendaraan tampak berhenti di tepi jalan menyaksikan parade ini.
Tak ketinggalan, parade ini menjadi tontonan warga Panyabungan yang kebetulan tinggal atau kerja di sepanjang jalur yang dilalui.
Menurut warga, dari sejumlah kegiatan konvoi keagamaan yang pernah dilakukan di Kota Panyabungan, jumlah peserta kali ini merupakan yang terbanyak.
Kegiatan tersebut diadakan FUIB (Forum Umat Islam Bersatu) Madina. Sebelumnya, Ketua Panitia Pawai Akbar Parade Tauhid Ustad M. Amin Rangkuti, Lc., menyebutkan pawai akbar ini dimaksudkan sebagai bentuk protes serta sikap masyarakat di kabupaten ini terhadap pembakaran bendera tauhid yang terjadi di Garut, Jawa Barat, belum lama ini.
Selain itu, kata dia, sebagai bentuk sosialisasi kalimat syahadat atau tauhid ini sebagai bendera rasulullah. Bendera seluruh umat muslim di penjuru dunia. (tim-01)