“Tenju Marlojong”

BERBAGI

DULU, waktu saya kecil ada istilah tenju marlojong. Secara harfiah artinya: tinju lari. Begitu si pelaku meninju atau memukul bagian tertentu badan korban, lantas si pelaku pun lari tunggang-langgang.

Biasanya si pelaku pakai jurus tenju marlojong karena ia merasa tak mampu menghadapi orang tersebut jika tarung satu lawan satu. Lalu, ia mencari kesempatan melakukan pukulan ketika orang yang hendak dijadikan sasaran sedang lengah.

Karena yang ditinju tidak siap, tentu saja begitu dapat bogem mentah, si korban kaget. Ia tak bakal bisa berbuat apa-apa. Paling, melongo sembari menahan rasa sakit pada bagian yang terkena pukulan. Ini sebenarnya dapat dikategorikan perbuatan licik, dan tidak gentleman.

Saya tidak tahu apakah di kalangan anak-anak zaman now masih mengenal istilah tenju marlojong. Saya sendiri sudah agak lama tidak mendengar kalimat: tenju marlojong.

Namun, sejak Sabtu pagi (5/3-2022) tiba-tiba kalimat: tenju marlojong ramai disebut, terutama di jagat media sosial. Ini setelah mereka melihat video rekaman CCTV (Closed Circuit Television) aksi pengeroyokan yang dilakukan sekelompok orang terhadap Jafry Barata Lubis, wartawan media online Topmetronews yang terjadi di Lopo Mandailing Coffee, SPBU Aek Galoga, Pidoli Lombang, Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut  pada, Jumat malam (4/3-2022).

Video aksi brutal para pelaku sudah menjadi perbincangan secara nasional. Hingga berita ini ditulis, atau sekitar 35 jam setelah kejadian, polisi masih memburu para pelaku.

Dalam rekaman CCTV terlihat, malam itu, Jefry yang mengenakan baju merah kotak-kotak bincang-bincang dengan seseorang berkaos putih di teras Lopo Mandailing Coffee. Sekilas keduanya terlihat akrab, bahkan pelaku tampak tersenyum lebar. Sementara korban, bicara santai sembari mengisap rokok.

BERITA TERKAIT  Alamulhaq Bakal Jabat Plt Sekdakab Madina?

Namun saat Jefry baru saja menoleh sedikit  kearah belakang, tiba-tiba si lelaki kaos putih melepaskan tinju pakai tangan kiri ke arah pelipis kanan Jefri. Begitu pukulan mendarat, si pelaku pun langsung kabur tunggang-langgang. Inilah yang disebut tenju marlojong.

Pada rekaman CCTV kedua, yaitu kejadian di bagian dalam Lopo Mandailing Caffee, tampak sekitar tiga orang membabi buta menghajar Jefry sampai tersungkur beberapa kali di lantai.

Usai melakukan pemukulan dan tendangan, para pelaku pun satu persatu melarikan diri. Sementara Jefry mengerang kesakitan, seolah tak percaya kejadian baru dialami. Ini juga dapat disebut: tenju marlojong, sebab begitu melakukan aksi pengeroyokan mereka tampak lari kocar-kacir.

Hingga saat ini para pelaku masih dalam pelarian. Lalu, sampai kapan anda para pelaku terus marlojong—mungkin—kesana kemari dihantui rasa takut dari kejaran petugas.

Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak melalui Kabid Humas Kombes Pol Hadi Wahyudi menyebutkan indentitas para pelaku sudah dikantongi polisi. “Percayakan kasusnya kepada kami, secepatnya akan ditangkap,” ujarnya.

Apa sebenarnya yang memicu anda, para pelaku sehingga mau berbuat konyol. Menurut saya, bodoh. Jika ada imbalan yang didapat, berapa sih nilainya.

Jika lantaran taat terhadap ketua atau pimpinan, apakah anda yakin orang tersebut dapat menolong anda dalam proses hukum kasus ini. Apakah hal seperti ini yang disebut loyalitas pada pimpinan. Saya kira tidak.

Advokad Ridwan Rangkuti menyebutkan, jika penyidik kepolisian menerapkan pasal 170 Jo pasal 55 KUHP terhadap para pelaku, para tersangka bakal diancam hukuman selama-lamanya lima tahun enam bulan.

Bisa jadi hukuman lebih berat, antara lain karena perbuatan pengeroyokan tersebut patut diduga sudah direncakan.

BERITA TERKAIT  Benarkah Warga Madina Enggan Kibarkan Bendera pada 17-an?

Saya yakin aparat penegak hukum tak bakal berani bermain-main dalam menangani kasus ini sebab sudah menjadi sorotan nasional. PWI pusat, provinsi dan kabupaten bakal terus memantau jalannya proses hukum hingga majelis hakim menjatuhkan hukuman.

Para pelaku sangat sulit lolos dari jeratan hukum. Maaf, saya harus menyatakan para pelaku sangat amatiran dalam melakukan aksi penganiayaan terhadap Jefry. Sangat ceroboh. Anda lupa jika di TKP (tempat kejadian perkara) banyak saksi mata. Tak sadar jika di areal Lopo Mandailing Caffee ada CCTV.

Rekaman CCTV memperlihatkan pengeroyokan yang dilakukan para pelaku sangat tak manusiawi. Brutal, seolah ada upaya menghilangkan nyawa korban. Mau berdalih dan membantah apa lagi, aksinya sudah terang-benderang. Alat bukti sudah lebih dari cukup. Rekaman CCTV ada, saksi banyak, keterangan korban sudah jelas, keterangan saksi ahli pasti mudah dicari.

Ah, benar-benar konyol. Puasa tak sampai sebulan lagi. Jika di antara mereka ada yang sudah punya anak, atau masih bujangan, siap-siaplah anda tak Ramadan serta berlebaran dengan orang-orang yang anda cintai.

Saya hanya berdoa, para pelaku cepat tertangkap agar anda tidak terlalu capek dalam pelarian akibat dikejar-kejar rasa takut. Supaya anda bisa bertemu orang-orang tercinta, meskipun dengan label: besuk.

Sekarang, mungkin para pelaku baru sadar akan kebodohannya. Mereka mau “menyembah” seseorang, sementara seseorang itu pun belum tentu bisa menyelamatkan dirinya dari jeratan hukum.

Tetapi mau apalagi, nasi sudah jadi bubur. Penyesalan selalu datang terlambat.

Selamat menikmati Ramadan dan Idul Fitri di balik jeruji besi atau anda akan marlojong-lojong terus….

Penulis: Akhiruddin Matondang

Wartawan Utama

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here