BERITAHUta.com—Musibah yang melanda Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara kali ini begitu menyedihkan. Sejumlah perkampungan warga luluh-lantak akibat diterjang banjir dan longsor. Akses jalan menuju sejumlah desa dan kecamatan terputus total.
Peristiwa kali ini mungkin paling parah dalam sejarah Mandailing Natal (Madina). Nyaris tidak ada wilayah yang tidak tergenang air. Nyaris tidak ada jalur yang luput dari longsor jika sepanjang jalur tersebut terdapat tebing atau perbukitan.
Kondisi ini selain menganggu aktivitas masyarakat, juga menyebabkan roda perekonomian warga dipastikan terhalang. Akses jalan menuju Desa Aek Mata di Kecamatan Panyabungan, misalnya, sudah tertutup total karena di sejumlah titik terjadi longsor.
Jalinsum Desa Lumban Pasir, Kotanopan amblas sehingga tidak bisa lagi dilalui kendaraan jenis apa pun. Pemkab dan pihak kepolisian sedang mencari solusi agar ada jalur alternatif. Saat ini “barisan” kendaraan dari dua arah sudah “mengular”.
Jalur menuju komplek STAIN Madina juga terputus. Lebih parah jalur menuju pantai barat, sepanjang jalur mulai dari Panyabungan Selatan tidak terhitung lagi jumlah longsor.
Derasnya dan tingginya debit air menyebabkan kondisi jembatan Aek Pohon, jalinsum lintas timur Panyabungan terancam putus. Saat ini tanah di sekitar ujung jembatan sudah terkikis air. Jika tidak segera ada penanganan, tidak menutup kemungkinan jembatan tersebut amblas ke sungai.
Tapian Siri-Siri Syari’ah (TSS) yang berada di sekitar kawasan perkantoran Pemkab Madina di Payaloting, Panyabungan juga tidak luput dari terjangan banjir bandang. Saat ini, kondisi tempat rekreasi dan pusat kegiatan pemkab itu porak-poranda, bahkan nyaris tak berbentuk lagi.
Berdasarkan catatan sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Madina jumlah rumah hanyut paling banyak di Kecamatan Linggabayu, yaitu desa: Simpang Gambir sebanyak 16 unit rumah, Ranto Sore Sigalala (8), Aek Garingging (8), Sikumbu (6), Pulo Padang (6), dan Tapus (2).
Selain itu, satu unit mobil merek Ertiga juga ikut terbawa derasnya Aek Batang Natal. Secara bersamaan, juga dilaporkan satu rumah warga terbakar.
Daerah-daerah yang terkena banjir bandang antar lain: Muara Soma, Jambur Baru, Rantobi (Batang Natal), Simpang Gambir, Lobung (Linggabayu), Singengu (Kotanopan), Batahan, Natal, Tambiski, dan Nagajuang.
Tadi malam, ketinggian air di sekitar Komplek STAIN Madina mencapai sekitar satu meter. Luapan air itu berasal dari Aek Batang Gadis.
Seperti terjadi tiga pekan lalu, kali ini, para pelajar SMA Plus yang tinggal di asrama juga terpaksa diungsikan. Meskipun dalam suasana tegang, upaya evakuasi siswa berlangsung lancar karena dibantu warga dan sebagian wali murid sempat datang ke sekolah itu.
Jalinsum pusat Kota Panyabungan atau yang biasa disebut kawasan Pasar Lama juga tidak luput dari genangan air. Di sejumlah titik ketinggian air mencapai sekitar setengah meter. Seperti biasa, banjir di sini berasal dari limpahan DAS (Daerah Aliran Sungai) Aek Tolang dan Aek Mata.
Hampir semua sungai yang ada di Madina meluap sehingga menyebabkan genangan air di perkampungan penduduk setempat, sebut saja Aek Batang Gadis, Aek Simalagi, Aek Siporas, Aek Batang Natal, Aek Mata, Aek Pohon, Aek Rantopuran, Aek Kitang, Aek Siala Payung, Aek Badan, Aek Tolang, dan lainnya.
Namun pagi ini debir air di sejumlah sungai itu berangsur normal. Di sepanjang DAS terlihat berantakan, dan tampak berserakan puing-puing kayu aneka ukuran.
Inilah secara garis besar kondisi musibah yang terjadi di sejumlah daerah di Madina yang terjadi sejak Rabu sore, yaitu kecamatan: Linggabayu banjir dan longsor di sejumlah titik, Panyabungan (banjir), Natal (banjir), Ranto Baek (banjir), Kotanopan (banjir dan jalinsum amblas), Tambangan (banjir), Hutabargot (banjir), Panyabungan Selatan (longsor menyebabkan jalan provinsi tertutup tanah).
Selanjutnya, Batang Natal (banjir dan longsor di sejumlah titik), Naga Juang (banjir), Siabu (banjir) Sinunukan (banjir dan longsor), dan Panyabungan Timur (longsor). (tim-01)