BERBAGI
foto: ilustrasi (istimewa)

BERITAHUta-com—Awalnya hanya sebagai pelapor tindakan dugaan pencabulan dilakukan RM (33) terhadap tiga anak lelaki di salah satu desa di Kecamatan Bukit Malintang, Mandailing Natal (Madina), Sumut. Begitu tiba di Polres setempat, ia baru dapat informasi ternyata anak kandungnya juga ikut jadi korban RM.

Itulah dialami SRL (46). Tadinya ia hanya ditunjuk warga sebagai pelapor di Polres Madina atas dugaan pencabulan yang dilakukan RM, pegawai honorer Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Madina.

Kasus yang dilaporkan terjadi sekitar tiga bulan lalu.  RM diduga mencabuli tiga anak lelaki umur 5-12 tahun di dalam Masjid Darul Ikhsan. Aksi itu disaksikan sejumlah kawan-kawan korban, salah satunya AB.

AB yang masih status pelajar di tsanawiyah inilah yang membongkar kasus pedofillia tersebut, sehingga RM berhasil diserahkan ke polisi.

Terbongkarnya kasus ini, ketika AB hendak azan salat azar di Masjid Al-Iman pada Selasa (10/8-2021), sekitar pukul 15.00. Tak lama kemudian, ia melihat RM bersama beberapa anak berkumpul di salah satu sudut masjid.

Ia hapal wajah RM, karena sekitar tiga bulan lalu, didepan matanya lelaki asal Panyanggaran, Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan, ini menyuruh tiga anak lelaki—maaf- mengocok alat vitanya di dalam masjid Darul Ikhlas.

Modusnya, RM menunjukkan game kepada calon mangsa lewat hp. Beberapa saat kemudian, game diganti jadi tayangan video porno. Lalu, secara perlahan RM menaroh tangan korban di alat vitalnya, dan menyuruh si anak melakukan adegan seperti dalam video.

BERITA TERKAIT  Kejatisu Diminta Selidiki Keterlibatan Bupati Madina dalam Kasus Korupsi TRB dan TSS

Karena tahu bakal ada aksi serupa seperti terjadi di Masjid Darul Ikhlas—adegan pengocokan–, tanpa pikir panjang, AB merampas handphone (Hp) yang dipegang RM. Ia berlari menemui pamannya sembari membawa Hp. Kabar ini pun menyebar. Warga berkumpul, sementara RM sudah kabur.

Pada Selasa malam, salah seorang kakak pelaku kebetulan menelepon. Si pemegang Hp angkat, dan memberi tahu jika Hp dirampas anak-anak di masjid. Sebelumnya mereka sudah sepakat bakal menjebak RM agar dia bisa ditangkap. “Silakan diambil saja hp-nya, tapi kasihlah dikit sekadar uang terima kasih,” demikian kira-kira kata warga kepada kakak RM.

Awalnya warga yang membuat jebakan ini tak yakin RM akan datang. Esok harinya, Rabu (11/8-2021), RM datang bersama kawannya. Mereka berhenti di depan kantor NU, jalinsum. Tapi, ia tak berani menemui langsung si pemegang Hp, melainkan dia menyuruh kawan tersebut menemui si pemegang Hp.

Seorang warga, yang kebetulan melintas diminta tolong sebagai petunjuk jalan menuju lokasi, jaraknya sekitar satu kilometer.

Begitu tahu RM di depan NU, warga pun menuju tempat itu. Tak ayal, lelaki yang diduga mengidap pedofillia ini pun berhasil ditangkap, bahkan sempat dipukul warga karena kesal atas perbuatannya. Untunglah polisi cepat datang mengamankan aksi warga, sehingga tak terjadi hal-hal tak diinginkan.

BERITA TERKAIT  Dunia Medsos Mengecam Keangkuhan Ketua Pengadilan Agama Panyabungan

Sampai di sini, sepengetahuan warga perbuatan RM hanya di kejadian Masjid Darul Ikhlas dengan tiga korban anak-anak lelaki.

Entah bagaimana ceritanya, SRL dapat cerita, pada Sabtu (7/8-2021), atau dua hari sebelum AB merampas Hp itu, si pelaku sudah melakukan aksi pencabulan juga terhadap seorang bocah lelaki umur lima tahun di dalam Masjid Al-Iman. Si korban, tak lain, anak kandung SRL.

Wajarlah makin “mendidih” darah SRL. “Perbuatan pelaku terhadap tiga korban itu saja, saya sudah sangat kesal. Makanya saya mau sebagai pelapor ke polisi, eh tahunya, anak saya juga ikut korban,” kata SRL ketika ditemui Beritahuta di rumahnya—nama desa tidak disebut demi melindungi identitas para korban.

SRL mengatakan perbuatan RM sudah keterlaluan, dapat mengganggu psikis mereka yang jadi korban, termasuk yang turut menyaksikan adegan porno itu. “Apalagi dilakukan di dalam masjid. Ini sangat keterlaluan,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah ada kemungkinan ada korban lain selain empat anak, paling tidak di desa ini, SRL belum tahu. “Bisa jadi ada, soalnya kasus yang terbongkar saja diketahui secara tak sengaja. Mudah-mudahan anak-anak yang merasa korban mau cerita,” katanya. (henri)

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here