TERLIHAT masih janggal, namun itu bisa jadi karena transaksi menggunakan SIAP QRIS atau yang biasa disebut barcode di Mandailing Natal (Madina), Sumut masih sesuatu yang baru.
Bahkan di kota-kota besar pun, hal ini belum sepenuhnya diterapkan. Wajar, ketika H.M. Jafar Sukhairi Nasution, bupati Madina, beli doko-doko di Pasar Lama, Panyabungan, Madina membayarnya pakai scan barcode alias tidak pakai uang tunai, pastilah mengundang banyak perhatian masyarakat dan pedagang.
Pun ketika Jafar Sukhairi didampingi Kepala Perwakilan BI Sibolga Yuliansyah Andrias dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Madina berbelanja cabai, dan sayuran lainnya pakai barcode, tampak terasa asing.
Bagi para pedagang, tentu saja hal ini juga seakan tak afdol sebab mereka tak terima uang tunai sebagai alat transaksi pembelian dagangan mereka.
Itu hal wajar. Sebab pembayaran menggunakan scan barcode atau SIAP QRIS (Sehat, Inovatif, Aman Pakai Quick Response Code Indonesian Standard) di Panyabungan, sebagai ibu kota kabupaten Madina, masih sangat baru.
Bahkan di toko-toko pakaian, toko bangunan, apotek, minimarket dan lainnya yang ada di Panyabungan nyaris belum ada yang menggunakan barcode. Itulah sebabnya, kegiatan bupati di Pasar Lama tersebut bagian dari sosialisasi menggunakan scan barcode sebagai pembayaran pengganti uang tunai
Proses transaksi menggunakan barcode tak begitu sulit. Pihak pedagang terlebih dulu membuat rekening di salah satu bank, lalu mendapatkan barcode.
Barcode tersebut ditaroh di tempat berdagang—mudah dijangkau pembeli. Konsumen yang sudah menggunakan aplikasi transaksi SIAP QRIS tinggal melakukan scan melalui android miliknya terhadap barcode yang ada di lapak, warung atau toko.
Setelah scan berhasil, pada layar andorid muncul nama lapak, warung atau toko sesuai yang terdaftar di bank. Untuk meyakinkan apakah tujuan transaksi betul, konsumen bisa mengonfirmasi pihak pedagang dengan memperlihatkan tulisan yang ada di layar handphone.
Jika betul, konsumen tingggal menulis angka sesuai jumlah hendak dibayar. Setelah scan barcode, uang pembayaran transaksi masuk ke rekening milik pedagang atau pemilik toko. Jika dibutuhkan struk bukti pembayaran, pedagang bisa dilengkapi mesin printer khusus.
“Dengan cara ini lebih aman dan simpel. Konsumen tidak perlu membawa uang banyak kalau hendak belanja di pasar. Sebaliknya, uang milik pedagang juga aman sebab langsung masuk ke rekeningnya,” ujar Jafar Sukhairi.
Menurutnya, berbelanja menggunakan barcode bagian dari kebutuhan masa kini. Awalnya bisa jadi dihadapkan pada masalah teknis, namun jika sudah terbiasa baru terasa menggunakan barcode jauh lebih aman, nyaman, dan efisien.
Era digital memang ada plus minusnya. Namun dalam hal ini, pemkab melihat lebih banyak aspek positifnya. “Mudah-mudahan para pedagang kita dapat merasakan kebaikan dari penggunaan barcode,” sebut bupati saat launching penggunaan transaksi barcode di Madina Square Panyabungan beberapa saat sebelum dia mencoba belanja menggunakan SIAP QRIS di Pasar Lama .
Bupati menyebutkan, program yang diinisiasi Bank Indonesia ini menjadi langkah yang patut diapresiasi. Karena itu, pemkab tentu siap mendukung, bahkan nantinya pembayaran di pemda juga menggunakan barcode. Sebab dengan pembayaran cara ini, dipastikan nyaris tak ada kebocoran,” katanya.
SIAP QRIS, lanjutnya, bertujuan mempercepat digitalisasi sistem pembayaran dalam mendukung akselerasi ekonomi keuangan nasional.
Jafar Sukhairi berharap masyarakat Madina tidak mengeluhkan perubahan teknologi ini. Jika ada kendala teknis dalam implementasi sistem pembayaran ini merupakan hal biasa lantaran masih baru. (*)
Editor: Akhir Matondang