EDDY Suratman adalah tokoh ekonom dari Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat. Ia lahir di Panyabungan, Madina, Sumut, pada 7 Juli 1967.
Eddy Suratman menyelesaikan pendidikan sarjana ( S1 ) di Universitas Tanjungpura (1992). Selanjutnya ia lulus S2 di Universitas Indonesia (1994). Dan, S3-nya dari Universitas Indonesia (2004).
Dari kejauhan, alumni SMA Negeri 1 Panyabungan ini terus memperhatikan perkembangan Madina. Ini pandangan dan pemikiran dia mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan H.M. Ja’far Sukhairi Nasution dan Atika Azmi Utammi, selaku bupati dan wakil bupati Madina periode 2021-2024, khususnya pada bidang ekonomi.
***
Saat ini nilai IPM (indeks pembangunan manusia) Mandailing Natal (Madina) jauh lebih rendah jika dibandingkan rata-rata tingkat Provinsi Sumut. Bahkan masuk kategori lima terbawah di daerah ini. Berarti perlu fokus pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Dengan kondisi tersebut, Sukhairi-Atika perlu melakukan upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Antara lain dengan memperbaiki ekonomi rakyat.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Madina terus mengalami perlambatan. Berarti perlu fokus mencari penyebabnya, lalu langsung mengatasinya. Mungkin dengan menyederhanakan regulasi, memberikan insentif fiskal dan non fiskal, dan yang paling mendesak mempercepat ketersediaan infrastruktur terutama jalan untuk meningkatkan konektivitas agar biaya logistik menurun.
Menurut saya, target lain dari pertumbuhan ekonomi adalah menurunkan segera angka pengangguran yang saat ini cukup tinggi dan cenderung meningkat. Apalagi diperparah pandemi covid-19.
Untuk itu perlu didata kebutuhan skill (keahlian) tenaga kerja di Madina sampai lima tahun ke depan, lalu persiapkan tenaga kerja (anak-anak muda) Madina melalui pelatihan dan pendidikan agar mereka bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja. Alokasikan anggaran yang cukup untuk pelatihan dan pendidikan tersebut.
Target lain dari perbaikan ekonomi adalah penurunan jumlah penduduk miskin yang jumlahnya masih relatif besar di Madina. Karena itu, menurut saya perlu dilakukan perbaikan data orang miskin dengan nama dan alamat yang jelas agar alokasi bantuan tepat sasaran untuk seluruh program baik dari APBN maupun APBD.
Perbaikan data ini juga penting untuk memformulasikan jenis bantuan yang tepat bagi orang miskin. Apakah bantuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok atau bantuan dalam rangka pemberdayaan.
Pengelolaan anggaran dengan transparan dan akuntabel serta partisipatif melibatkan stakeholders (para pihak) terkait mutlak dilakukan dalam perumusan, bahkan sebelum diajukan ke dewan melalui kegiatan bedah APBD. Perlu juga kiranya melibatkan akademisi (perguruan tinggi) yang ada di Madina serta tokoh-tokoh masyarakat.
Saya optimis pasangan Sukhairi-Atika akan membawa perbaikan, dan in syaa Allah Madina jauh lebih maju di bawah kepemimpinan bupati dan wakil bupati baru ini hasil Pilkada 2020. Apalagi pasangan ini dapat dikatakan masih kategori generasi milenial, semoga. (*)
Peliput: tim/editor: akhir matondang