“INNALILLAHI wainnailaihi rojiun,” ucap Kandulok begitu masuk lopo.
“Bo ise na maninggal langa?” tanya Seno.
“Itulah kalau antena pendek, kalian telat informasi. Sekarang lagi ramai dibicarakan ada dua santri Purba Baru tewas tenggelam di kolam milik perusahaan panas bumi di Desa Sibanggor Jae,” ujar Kandulok.
“Innalillahi wainnailaihi rojiun, nian khusnul khotimah daganak na dua i. Nalain-lain mada di huta ni taon sannari. Banyak musibah, banyak kejadian. Mulai dari bayi mata satu, penemuan mayat di dekat pembuangan sampah, banjir bandang. Kebakaran di Sinunukan, kebakaran Simpang Gambir, kebakaran Pasar Baru, terakhir kebakaran kantor PMD Madina, ” kata Seno.
“Juguk jolo katua, gimana ceritanya, kok bisa dua anak itu tenggelam,” tanya Seno penasaran.
Kandulok tak menggubris pertanyaan Seno. “O…Umak Sampe, baen jolo kopi, ulang bahat gulona, “ kata Kandulok sembari duduk di kursi panjang.
“Sobar jolo uwakna, urang milas dope aek na,” jawab Umak Sampe.
“Songon dia do carito ni daganak na maninggal i katua, penasaran iba,” tanya Seno lagi.
“Imada, nga binto sanga sonjia awal kejadianna. Ning kalai, madabu daganak i tu kolam, inda tartolong,” sebut Kandulok.
Inilah Madina kita ini, kata Seno, sangat banyak musibah. Kita sering lihat di media sosial, berita online dan televisi berita tentang daerah ini selalu hal negatif. Belum lagi berita soal ganja, sudah tidak aneh lagi.
“Berita aha do langa giotmu Seno,” tanya Kandulok.
“Najoman ma uristak, na sayur ma na bulung, saya belum pernah lihat ada berita yang mengangkat nama baik Madina. Suada antong nga dompak manonton iba, atau inda bonggal jiba,” sebut Seno.
“Madina ini memang aneh, coba kita lihat, setiap ada kebakaran polisi selalu menyebutkan akan melakukan penyelidikan atau penyidikan. Kemudian dibarengi kalimat menunggu hasil puslabfor. Saya tidak pernah dengar sekali pun polisi menyampaikan hasil penyidikan mereka terhadap masyarakat mengenai hasil puslabfor. Ujung-ujungna golap, seperti sekarang,” tambah Seno.
“Pandok ni halak sannari, mari kita bingung. Tar songoni mada i tie Seno. Taringot nai, ma songondia ma LPJ Bupati tahun anggaran 2017 i, ma jadi ma i sahkon dewan,” Kandulok coba alihkan pembicaraan.
“Kalau saya baca di berita online, sudah disahkan meskipun beberapa kali ditunda karena selalu tidak kourum,” jawab Seno.
“Syukur mai dabo. Ulang be jogal i paliaro dewan. On alai naget mangido i pili, bahat dope tingkah nalai, mur jorat mei tu lombang,” kata Kandulok.
“Ho namaua doho Tambat, sip sajo ho,” kata Kandulok .
“Ngadong sude i, naso masuk akal dei karejo ni dewan Madina on,” ujar Tambat memulai.
“Sannari ngana kecek LKPJ/LPJ be, sekarang ada RAPBD Perubahan 2018 yang hanya dibahas secepat kilat,” jelas Tambat.
“Emang berapa minggu dibahas,” tanya Seno.
“Nagaduk mada ho, berapa minggu dope ningmu. Sadari saborngin ngadong. Pakai logika akal sehat saja, apa mungkin berkas RAPBD Perubahan 2018 setebal yang diserahkan bupati ke dewan, hanya dibahas tidak lebih 24 jam. Mari kita bingung,” jelas Tambat.
“Amang-amang, nahebat-hebat do dewan taon. Cocok ini kalau kita pilih lagi. Kejeniusan, kepintaran dan kemampuan analisis mereka luar biasa. Makin klop, karena mereka pandai mengkritisi kebijakan eksekutif, ” kata Kandulok yang dari tadi sibuk mengurus kopinya yang baru diantar Umak Sampe.
“Cocok juo. Jika perlu gak usah ada pemilu lagi, langsung saja dilantik,” ujar Tambat kesal.
“Ulang ba songoni koum. Ita on negara hukum,” kata Seno
“Jadi begini katua. Logika apa pun yang dipakai, sangat tidak mungkin RAPBD Perubahan dibahas hanya dalam tenggang waktu sesingkat itu. Jika betul tenggang waktu paripurna penyerahan RAPBD Perubahan ke paripurna pengesahan APBD Perubahan tidak lebih dua hari, misalnya, saya dapat pastikan bahwa berkas anggaran itu tidak dibahas secara detail. Jangan-jangan panitia anggaran tidak membahas sama sekali,” kata Seno.
Inilah, lanjutnya, semua sudah diatur. Waktunya pun sudah dikemas sedemikian rupa agar dewan seolah tidak punya waktu membahasnya. Bagaimana daerah ini mau maju, jika dewan mau dikebiri eksekutif. “Kita tak pernah dengar dewan mengkritisi kebijakan bupati. Seolah baik semua,” kata Seno.
“Itulah kondisi yang ada saat ini. Bagaimana daerah ini mau maju, jika pola para pemimpin tidak mengindahkan kepatutan dan kelayakan,” ujar Kandulok.
“O….Umak Tambat, tamba jolo sotik aek milas i tu galaskon,” teriak Kandulok.
“Au kema au. Get tu Maga au, markobas-kobas jolo. Anta na moncot do,” ujar Seno sembari bayar teh paetnya ke Umak Sampe.
(akhiruddin matondang)