“Momentum Introspeksi tu Hita”

BERBAGI

SEBAGIAN perkampungan penduduk Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada akhir pekan ini luluh-lantak akibat diterjang banjir dan longsor. Di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, 12 anak meninggal akibat kejadian ini.

Di Singkuang, Kecamatan Muara Batang Gadis, tiga warga tewas tertimbun longsor. Dan, di Aek Batang Gadis, polisi dan pegawai Bank Sumut Cabang Pembantu Kotanopan tewas setelah mobil Avanza yang mereka tumpangi terjun ke sungai yang sedang meluap.

“Nahebat-hebat ma kejadian i Madina on sannari tile..,” kata Rongit, setelah membaca beberapa berita media online.

“Sedikitnya delapan kecamatan mengalami banjir dan longsor dalam tiga hari terakhir,” tambahnya.

“Imada uida gambar nai, luluh-lantak do uida,” sambut Kandulok.

“Marema hita mandoah, mangido tu Tuhan tai, anso korban maninggal nian khusnul khatimah. Keluarga na i tinggal ilehen kasobaran,” kata Malim Sakotu.

“Aamiin,” sambut Kandulok, Rongit, dan Naknung.

Tontu ita marharap, lanjut Malim Sakotu, musibah on momentum introspeksi tu hita  masyarakat Madina. Madung ita ligi, bahkan ita rasoi, balakangan on musibah silih berganti. “Ini harus jadi bahan renungan kita bersama. Tidak perlu mencari kambing hitam, kita sendirilah yang bertanya pada diri kita apakah Allah SWT., sedang murka terhadap kita,” kata Malim Sakotu berapi-api seperti sedang tausiah.

BERITA TERKAIT  Dari Namboru Sarumpaet, Hingga Pasar Baru yang Makin “Ribet”

Kandulok, Rongit, dan Naknung yang sedang berada di lopo itu hanya diam mendengar yang disampaikan Malim Sakotu.

Kandulok biasanya banyak bicara melebihi politikus, kali ini seperti macan ompong. “Olo ba, mudah-mudahan adong hikmahna tu hita sude,” sambut Rongit.

“Yang jelas, warga yang terkena dampak bencana alam ini perlu pertolongan.Sebagian di antara korban tidak punya apa-apa lagi, kecuali pakaian di badan.  Rumah dan harta mereka ludes dibawa banjir bandang,” sebut Malim Sakotu.

“Imada, porlu ma on sugari halak Mandailing bersatu padu menggalang bantuan tu para korban,” kata Kandulok.

“Itu yang kita harapkan. Masyarakat Mandailing dimana pun berada, inilah saatnya menunjukkan rasa empati serta solidaritas untuk saudara-saudaramu yang sedang ditimpa musibah. Mereka sekarang sedang mengharapkan uluran tangan. Mengharapkan perhatian, bukan saja dari pemerintah daerah, provinsi, dan pusat. Tapi juga menanti dukungan moril dan materil dari mereka yang mampu berbagi.

“Ho Rongit aso sip sajo ho,” kata Naknung.

“Hope nasib do ho. Rara do uida ambubumu anggota i lopo on Uwak Malim,” canda Kandulok.

BERITA TERKAIT  Mau Pindah Rumah, Uang pun Tak Punya

“Bo, sangajo nabotul dei na i dok ni uwak Malim i. Sugari. Sugari doba le.., rasa empati na muncul sian hati nita masing-masing botul-botul tulus. Ulang adong embel-embel politik, bope na berbau pencitraan, so deges pahalona,” ujar Rongit. “

“Maksudmu,” kata Naknung.

“Mangarti ma ho dabo i,” jawab Rongit.

“Jaut mai na idokon si Rongit i. Tai yakin do au, koum-koum ta na peduli tu musibah on, murni niatna mambantu meringankon penderitaan ni korban. Anggo marsatu, dohot ra turun tangan halak kita na adong di parantauon dohot na i kampung, insyaallah copat do pulih penderitaan ni koum-koum ta na ona musibah on,” kata Malim Sakotu.

“Anggo au bope dokonon sapoken on maraek batang, leng u usahon juo do dohot mambantu koum-koum tai bope na sotik. U lupa on majolo mangan sambal balanak barbaran, asal bisa manyumbag sotik. Baledang na i tutung pe tabo dei, asal lapang ate-ate niba manganna. Inda na jabat naronyang iba i gara-gara mangan sambal baledang,” ujar Kandulok sembari beranjak dari lopo.

“Kema au, ma tolu kali au tambu aek…,” ujarnya.

(akhiruddin matondang)

 

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here