BERITAHUta.com—Sebagian warga korban banjir bandang di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut yang sempat tinggal di pengungsian sudah kembali ke desa itu. Tinggal tujuh KK (kepala keluarga) yang masih menetap di Desa Alahan Kae.
Warga yang sudah kembali ke Desa Muara Saladi sementara menumpang di rumah-rumah keluarga mereka. Sebelumnya ada sekitar 280 penduduk setempat yang diungsikan di Balai Naposo Nauli Bulung, Kelurahan Hutagodang, Ulu Pungkut.
Mengenai warga yang masih tinggal di Alahan Kae, seorang warga menyebutkan kebetulan di desa itu ada rumah kosong sehingga mereka untuk sementara masih memilih tinggal di sana.
Sebagian warga Muara Saladi diungsikan akibat rumah mereka rata dihantam banjir banding. Semua harta benda yang ada ikut terbawa derasnya air bah, kecuali pakaian di badan.
“Begitu banjir datang, warga langsung keluar rumah. Hanya bisa membawa pakain di badan. Kalau tidak, bisa ikut terbawa derasnya air bercampur lumpur, batu-batu besar dan batang kayu yang juga sangat besar-besar, “kata Muhammad Syafii, tokoh masyarakat yang juga pernah dua periode menjabat kepala Desa Muara Saladi.
Sekadar mengingatkan, Muara Saladi resmi jadi desa definitif pada 2001, yang merupakan pecahan Desa Patahajang Simangambat. Saat ini, desa yang baru terkena musibah banjir bandang ini dihuni sekitar 85 KK.
Bantuan Melimpah
Musibah yang melanda Desa Muara Saladi mendapat empati dari berbagai elemen masyarakat. Bantuan datang hampir dari seluruh penjuru negeri. Bahkan, hingga Senin (29/10), bantuan masih terus berdatangan.
Pada hari Minggu (28/10), rumah tempat panitia penerima bantuan tak pernah sepi. Hari itu, dari berbagai daerah di Sumut berdatangan, antara lain dari Medan dan Labuhan Batu.
Redaksi Beritahuta.com juga menyampaikan 5 kardus besar berisi pakaian yang merupakan titipan dari para pegawai Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kementerian Keuangan RI Jakarta yang diterima langsung Syafaruddin, kepala Desa Muara Saladi.
Pada kesempatan itu, Narisya Batik Mandailing juga memberi sedekah berupa kaos, batik dewasa, dan seragam batik pelajar SD Negeri 235 Muara Saladi.
“Kebetulan seragam batik siswa sekolah itu dari kami. Kalau semua siswa hilang batiknya, semuanya juga kami ganti dengan yang baru. Kami sudah koordinasi dengan pak kepala sekolah,” kata Masniari, pemilik Narisya.
Syafaruddin menyampaikan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah menyisihkan sebagian rezekinya terhadap warga Muara saladi.
“Alhamdulillah luar biasa rasa kebersamaan saudara-saudara kita, bukan cuma dari masyarakat Madina dan sekitarnya, tapi datang dari berbagai daerah di tanah air. Kami hanya bisa berdoa semoga Allah SWT., Tuhan Yangmaha Esa memberikan pahala yang setimpal atas empati yang diberikan,” katanya.
Bedasarkan pemantauan Beritahuta.com, hampir semua rumah di desa itu sudah diisi barang-barang hasil sumbangan atau sedekah masyarakat sebagai tempat penitipan sementara sebelum dibagikan.
Rencananya Minggu kemarin (28/10), barang-barang sumbangan masyarakat tersebut mulai dibagi terhadap mereka yang berhak. Namun setelah dimusyawarahkan aparat desa serta tokoh-tokoh setempat, diputuskan ditunda karena pada hari itu cukup banyak sumbangan yang masuk.
“Alhamdullah rezeki warga yang terkena dampak musibah ini sangat bagus, apalagi rezeki anak-anak korban meninggal. Masyarakat Ulu Pungkut yang diperantuan saja bersedekah Rp60 juta,” sebut warga.
Syafii menambahkan, warga Madina yang ada di Mesir dan Madinah juga sudah memberikan sumbangan ke Muara Saladi. “Ada elemen masyarakat yang sampai dua tiga kali datang membawa bantuan ke sini,” katanya. (tim-01)