BERBAGI
H.M. Ja'far Sukhairi Nasution

PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Bupati Mandailing Natal (Madina), Sumut H.M. Ja’far Sukhairi Nasution menyampaikan keinginan mengganti nama ibu kota kabupaten ini. “Saya ingin menyampaikan pemikiran kepada kita, apakah nama Panyabungan perlu kita ganti,” katanya.

Ja’far Sukhairi menyampaikan keinginannya tersebut saat menyampaikan sambutan pada pelantikan pengurus SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) Madina di Aula Hotel Rindang, Dalan Lidang, Panyabungan, Madina pada, Kamis (15/9-2022).

Menurut bupati, keinginan mengganti nama Panyabungan didasarkan pada arti yang tidak baik. Pa, dalam bahasa Mandailing menyatakan tempat. Misalnya, Panggorengan (tempat menggoreng), Panyabungan (tempat menyabung) dan lainnya,” katanya.

Nama Panyabungan memang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dulu, di Panyabungan Julu dan Panyabungan Tonga (Kecamatan Panyabungan), ada gambar dua hewan, yaitu dua ayam yang sedang diadu.

Apakah gambar ayam yang sedang diadu itu, sebut bupati, ada kaitan dengan nama Panyabungan. Seolah selama ini masyarakat punya sifat ingin gontok-gontokan. “Apakah memang di sana dulu  tempat ayam dilaga, lalu dijadikanlah nama daerah kita, Panyabungan. Sebab, sekarang bukan hanya ayam dilaga, manusia pun dilaga,” katanya.

BERITA TERKAIT  Ustad Yahya Waloni: Orang Munafik Lebih Berbahaya dari Virus Corona

Atas pertimbangan itulah, Ja’far Sukhairi menyampaikan keinginan mengganti nama Panyabungan dihadapan wartawan supaya dibuatkan tulisan mengenai hal tersebut. “Saya belum pernah mengutarakan keinginan ini dimana pun, kecuali dihadapan rekan-rekan wartawan,” sebutnya.

Meskipun begitu, pemikiran mengenai mengganti nama Panyabungan baru sekadar pemikiran pribadi bupati supaya dikaji lebih dalam. Apakah Panyabungan  yang punya arti atau bisa dimaknai  tempat menyabung (ayam) tetap dipertahankan.

Dengan nada bertanya, bupati menyebutkan apakah karena nama Panyabungan itu membawa sifat kepada masyarakat di daerah ini terkesan selalu ingin laga sana, laga sini. “Ini nama ibu kota kabupaten Madina, berarti tempat menyabung ayam,” katanya.

BERITA TERKAIT  Nisah, yang Lulus di Al-Azhar Mesir, Raih Juara Pertama Lulusan Darul Ikhlash 2021

Bupati mengatakan realita itu perlu disampaikan karena ia sejak lama merasakan seperti ada keterkaitan nama Panyabungan dengan sifat serta pembawaan warga di kota ini. “Kita orang mandailing sebenarnya tahu asal kata Panyabungan, namun kita biarkan,” tegasnya.

“Apalah arti sebuah nama. Sama halnya, tempat tinggal saya di Panyabungan II,  dulu awalnya Banjar Gala-gala, sempat berubah menjadi Banjar Rebak. Batavia menjadi Jakarta, Deli menjadi Medan,” tegas bupati.

Tentu saja, kata dia, jika pun keinginan mengganti nama Panyabungan bakal ditindaklanjuti, perlu dibahas pada forum lebih luas dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan elemen masyarakat lainnya.  ”Apa yang gak bisa kita rubah, UU saja dirubah asal sesuai prosedur,” kata Ja’far Sukhairi. (*)

Editor: Akhir Matondang

 

 

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here