BERITAHUta.com—Musa Rajekshah menangis. Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut), itu tak kuasa menahan derai air mata ketika ia mengurai sejarah perjuangan sang ayah, H. Anif, saat awal membuka usaha perkebunan sawit di wilayah Kecamatan Muara Batang Gadis (MBG), Mandailing Natal (Madina), Sumut.
“Banyak sebenarnya yang ingin saya ungkapkan mengenai sosok alhamarhum, tapi saya tak sanggup lagi,” kata Ijeck, sapaan akrab Musa Rajecksha, saat menyampaikan sambutan pada peresmian Masjid Al-Mussannif, Desa Tabuyung, MBG pada, Minggu (26/9-2021).

Seperti dikatakannya, tampak Ijeck ingin menyampaikan catatan sejarah ia dan ayahnya masuk MBG. Namun, ketika baru saja dimulai cerita, ia berhenti bicara beberapa saat. Seiring kemudian, air matanya berlinang.
Meskipun terkadang terbata-bata, Ijeck menyebutkan dia dan ayahnya sampai di MBG bersama H. Anif pada 1992 dimulai dari Desa Singkuang.
Pada 1997, baru masuk ke Desa Tabuyung ini. “Banyak sekali hal hal yang pembelajaran berkesan di sini, terkhusus pengalaman yang saya timba langsung dari almarhum Dadak H. Anif,” katanya.
Ketika mereka masuk MBG, daerah tersebut masih kategori daerah terpencil. Belum ada kebun sawit. Pembangunan kebun sawit dimulai dari desa: Rantau Panjang, Sulangaling, Singkuang dan seterusnya.
“Banyak kesan saya dapatkan dari almarhum. Itu semua menjadi pembelajaran bagi saya,” katanya.
Menurut Ijeck, ayahnya juga andil dalam membantu proses lahirnya Kabupaten Mandailing Natal pada 1998 bersama tokoh-tokoh lainnya, sehingga definitif pada 2020.
Pada saat itu, Amru Daulay, bupati Madina dan H. Hanif ingin sebagian kawasan hijau di sana dijadikan taman nasional. Keduanya tak ingin semua areal hutan rusak.
Saat itu, H. Hanif menyebutkan masyarakat tidak bisa selamanya menggantungkan hidup pada usaha perikanan laut. Ikan di laut kalau diambil terus, lama-lama habis.
Karena itu, ia berpikir bagaimana membangun kebun sawit. “Tidak mudah perjuangan saat itu, datang fitnah terhadap H. Hanif,” Ijeck berhenti bicara. Tapi sekarang masyarakat sudah melihat dan merasakan hasilnya bahkan sudah banyak yang mempunyai kebunnya pribadi.
“Seolah-olah kebun sawit yang ditanaman almarhum hanya untuk kepentingan sendiri,” katanya sembari menyeka air mata.
Berselang beberapa lama, H. Anif mendirikan usaha sarang burung walet.
Ijeck mengatakan, ia selalu ingat pesan almarhum, walaupun Tabuyung ini bukan kampung kelahirannya, tapi anggaplah sebagai kampung sendiri. “Sudah lama sekali ayah saya ingin mendirikan Masjid Raya agar bisa digunakan masyarakat,” katanya.
Wakil gubernur Sumut itu sempat menanyakan kenapa masjid di Tabuyung besar sekali, padahal itu desa bukan kecamatan.
“Jeck, kau lihat nanti kampung itu akan ramai dan akan banyak orang yang melintas untuk mendirikan salat dan nanti daerah itu akan maju,” jawab almarum seperti diturikan Ijeck.
“Alhamdulilah, hari ini kita resmikan Masjid Raya Al Musannif Tabuyung, masjid ke-24 dari 99 Masjid Al Musannif. Semoga dengan hadirnya masjid ini bisa menjadi sarana syiar Islam di Muara Batang Gadis ini dan semoga masyarakat bisa memakmurkannya,” kata Ijeck.
Kita, lanjutnya, berusaha agar di sekitar masjid ada sekolah tahfiz bagi anak-anak di Desa Tabuyung ini. Insya Allah apa yang telah menjadi cita-cita orang tua kami akan kami lanjutkan.
Sementara itu, Bupati Madina saat memberikan sambutan pada acara peresmian masjid itu menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga besar almarhum H. Anif.
“Saya atas nama pribadi dan Pemkab Madina turut berduka cita atas berpulangnya orang tua kita Bapak H. Anif, ayahanda dari Bapak Wakil Gubernur Sumut pada bulan yang lalu,” kata bupati.
Ia mengatakan, konsep mendirikan masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah dan berkumpul, juga memiliki peran membangkitkan kekuatan rohaniah dan iman, juga berfungsi sebagai pusat kegiatan keislaman. (*)
Editor: Akhir Matondang