BERITAHUta.com—Belasan ribu massa “tumpah” di komplek Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Panyabungan, Kabupaten Mandailing (Madina), Sumut untuk mendengarkan tausiah Ustad Abdul Somad, Lc., M.A, pada Senin (8/4).
Sejak pukul 7.30 masyarakat mulai berdatangan di lokasi acara Isra Mi’raj. Pada pukul 8.30 lapangan acara yang tak jauh dari masjid areal pondok, sudah penuh sesak.
Sebagian di antara massa di areal panggung utama adalah para santri Musthafawiyah, lainnya warga yang datang lebih awal.
Lapangan yang kurang luas menyebabkan tidak mampu menampung antusias masyarakat untuk melihat dan mendengarkan langsung tausiah Ustad Abdul Somad (UAS).
Alhasil, masyarakat banyak mencari tempat yang agak jauh, sehingga bukan hanya tidak bisa melihat wajah sang mubalig kondang karena terhalang gedung-gedung, pagar dan kontur tanah, tapi juga tidak bisa mendengarkan tausiah secara jelas.
Di belakang gedung-gedung belajar santri penuh warga. Di seputaran gubuk-gubuk santri yang berada di seberang jalan, juga sesak oleh masyarakat yang ingin mendengarkan tausiah yang dimulai pukul 09.35. Bahkan di setiap sudut gedung-gedung tampak kerumunan kaum ibu dan lelaki berteduh sembari berharap bisa mendengar siraman rohani yang disampaikan UAS.
Di sisi jalan lintas Sumatera (Jalinsum) yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari panggung utama tempat UAS menyampaikan tausiah sesak kendaraan, santri dan masyarakat yang datang dari berbagai kecamatan. Kondisinya ini menyebabkan arus lalu lintas di jalinsum tersebut tersendat karena luapan massa di sepanjang jalinsum.
Petugas kepolisian dan pihak terkait tampak sibuk membantu agar arus lalu lintas tetap bisa dilalui kendaraan yang lalu lalang, meskipun agak tersendat.
“Semoga terik matahari yang menghantam tubuh Anda semua, kucuran keringat dan ketidaknyaman ini menjadi pengantar kita ke alam surga,” kata UAS.
Antusias masyarakat yang begitu besar menghadiri tausiah tampak dari tidak kendurnya semangat mereka mendengarkan ceramah UAS yang membahas mengenai peran wanita, salat, dan memotivasi para santri agar lebih giat belajar.
Meski terik matahari menyengat, warga tidak mundur dari lokasi acara. Sebagian ibu-ibu dan kaum lelaki tampak berusaha berteduh di bawah beberapa pohon dan tanaman bunga. Bahkan sejumlah santri tampak berjejer berdiri di pagar lapangan.
Banyak kaum ibu coba berusaha menutup bagian kepalanya dengan sejumlah benda seperti:, karton, payung, plastik, dan lainnya. Sayang, sound system yang disiapkan panitia kurang mendukung, sehingga suara UAS melalui pengeras suara tak terdengar secara jelas ke semua penjuru, khususnya di belakang-belakang gedung. Padahal banyak masyarakat berada di tempat ini.
“Ketika keliling di sejumlah daerah di tanah air, saya banyak bertemu alumni Musthafawiyah. Antara lain ada pejabat teras di lingkungan pemerintahan dan swasta, bahkan banyak yang sudah jadi guru besar. Ini artinya lulusan pesantren ini dapat bisa memberi warna bagi bangsa dan negara,” kata UAS. (*)
Peliput: Akhir Matondang, Ilyas Lubis, Defri Ariandi
Editor: Akhir Matondang