BERBAGI
LIMA WARGA MENINGGAL--Seorang warga korban keracunan H2S tiba di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Sampai berita ini ditulis, sudah lima warga meninggalkan akibat peristiwa ini, dan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit. (foto:henri husein)

BERITAHUta.com—Kehadiran perusahaan panas bumi PT SMGP (Sorik Marapi Geothermal Power) di Kecamatan Puncak Sorik Marapi (PSM), Mandailing Natal (Madina), Sumut kembali meminta korban jiwa.

Kali ini, lima warga Sibanggor Julu, PSM meninggal akibat keracunan Hidrogen Sulfida (H2S) dan 30-an penduduk lainnya terpaksa dirawat di rumah sakit.

Empat di antara korban meninggal dibawa ke RSUD Panyabungan, sedangkan seorang lagi menurut informasi yang didapat media ini hanya sampai di puskesmas setempat.

Kelima korban meninggal warga Sibanggor Julu merupakan perempuan, yaitu: Suratmi (46 tahun), Kaila Zahra (5), Yusniar (3), Dahni (45), dan Sahrani (15).

Para korban sekarang sudah berada di rumah duka masing-masing. Isak tangis pun tak terelakkan mengingat kejadian ini begitu tragis bagi masyarakat PSM dan sekitarnya.

Berdasarkan data sementara, ada 20 warga yang dirawat di IGD RSUD Panyabungan karena mengalami keracunan gas H2S, sedangka sebagian lagi berada di RS Permana Panyabungan.

Korban yang berada di RSUD Panyabungan yaitu: Zainal Andit (21), M. Ikhsan (28), Ani Lubis (41), Hapsah (43), Nur Habibah (40), Timbul (52), Misbah (43), Irham Tanjung (14).

Selanjutnya, Fadilah Husna (7), Nelmiah (60), Misbah (60), Haidar (40), Nur Fatimah (31), Naimah (26), Sarifah (47), Ahmad Saki (2), dan Rasila (37).

BERITA TERKAIT  Idul Fitri 1442 H di Madina, Aktivitas Normal Seolah Corona Sudah Tak Ada

Nama-nama tersebut merupakan warga Desa Sibanggor Julu, PSM, Madina. Sedangkan Rahmad (40), beralamat di Desa  Roburan Lombang, dan Aipda A.L. Sinaga (39), tinggal di  Asrama Polres Madina.

Personil kepolisian yang bertugas sebagai Ba-Sat Shabara Polres Madina  ini pada saat kejadian sedang melaksanakan pengamanan di lokasi PT SMGP. Ia juga sempat ikut membantu pertolongan terhadap masyarakat yang mengalami keracunan.

Musibah dialami warga terjadi pada, Senin (25/1-2021), sekitar pukul 12.00. Saat itu, pihak PT SMGP membuka wellpad sumur bor yang dialiri gas H2S tanpa terlebih dahulu ada pemberitahuan terhadap masyarakat.

Informasi yang didapat media ini dari TKP (tempat kejadian perkara), beberapa saat menjelang wellpad dibuka petugas sempat mengimbau warga agar pakai masker.

Namun himbauan itu sudah terlambat, sebab tidak semua warga membawa masker. Sebagian lagi sedang berada di ladang masing-masing.

Begitu wellpad dibuka, masyarakat kocar-kacir berusaha melindungi dan menyelamatkan diri masing-masing. Tentu saja upaya mereka tidak bisa maksimal karena tidak ada persiapan.

Alhasil mereka yang dekat dengan TKP pembukaan wellpad mengalami kondisi lebih parah, termasuk di antaranya meninggal.

BERITA TERKAIT  Seharian 3 Kali Hujan, Harga Daging di Panyabungan “Anjlok” jadi Rp150 Ribu

Sebagian korban keracunan lainnya sedang berada di sawah atau aktifitas lainnya berjarak sekitar 200-700 meter dari titik keluarn H2Sy.

Karyamin, warga Sibanggor Julu, yang ditemui di RSUD Panyabungan mengatakan tiga di antara korban merupakan ibu, kakak dan adik. “Kami minta pertanggung jawaban perusahaan,”katanya.

Warga Sibanggor Julu mengatakan biasanya jika perusahaan geothermal itu hendak membuka wellpad, terlebih dahulu diberitahu masyarakat agar mereka menjaga jarak dari lokasi.

“Ini tidak ada pemberitahuan sama sekali,” katanya.

Namun sumber lain menyebutkan, rencananya wellpad dibuka Sabtu (23/1-2021), tapi urung dilakukan tanpa alasan jelas. “Sempat ada himbauan wellpad dibuka Sabtu kemarin, tapi entah kenapa justru dibuka Senin siang ini,” ujarnya.

Kejadian ini diduga akibat kelalaian pihak PT SMGP. Sekitar dua tahun lalu, Sabtu (29/9-2018), dua santri Musthafawiyah Purba Baru meninggal dunia akibat terjatuh di “kolam” milik perusahaan ini, keduanya adalah Irsanul Mahya (15) dan Muhammad Musawi.

Peristiwa ini diduga akibat pihak perusahaan tidak memberi pagar pengaman di sekitar “kolam” bekas galian mereka. Air dalam “kolam” diduga mengandung gas beracun sehingga kedua remaja tidak bisa menyelamatkan diri. (*)

Peliput: Tim/Henri

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here