
PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Insyaallah, impian Muhammad Rezky Nasution bisa menuntut ilmu di Al-Ahgaff University bakal menjadi kenyataan. Rabu (11/10/2023) ini, ia dijadwalkan ‘terbang’ menuju negara tempat perguruan tinggi (PT) ternama tersebut, yakni: Yaman.
Anak tukang cuci piring dan juru masak di salah satu hotel di kawasan Dalan Lidang, Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut itu sudah berada di Jakarta sejak Sabtu (7/10/2023) siang.
Di Jakarta, santri yang kerap meraih prestasi pada lomba baca Kitab Kuning tingkat regional dan nasional tinggal di rumah salah seorang keluarganya sembari berkoordinasi mengenai proses keberangkatan dengan pihak panitia atau Al-Ahgaff University Office of Indonesia. Termasu.

“Masih menunggu jadwal berangkat. Insyaallah Rabu menuju Yaman. Selasa atau sehari sebelum berangkat, paspor dan visa dibagikan ke kami ,” kata Rezky kepada Beritahuta, Minggu (8/10/2023).
Rezky berangkat dari rumah kontrakan ibunya, Siti Aminah Lubis (52), menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang, Sumbar pada, Jumat (6/10/2023) petang. Selanjutnya, besok paginya, ia naik pesawat menuju bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Saat pemberangkatan dari rumah kontrakan Aminah di Banjar Tinggi, Kelurahan Panyabungan III, Panyabungan, Madina, selain keluarga dan para tetangga, turut hadir guru Musthafawiyah Purba Baru H. Asrin Nasution.
Ustad Asrin didaulat memimpin doa dan mengimami pembacaan salawat beberapa saat sebelum santri berprestasi ini naik mobil yang hendak membawanya ke BIM.
Menurut Rezky, pemberangkatan menuju Al-Ahgaff University pada, Rabu ini merupakan kloter (kelompok terbang) ke-3. Dalam kloter ke-3 ini, terdapat 51 calon mahasiswa PT tersebut.
Informasi yang didapat media ini, calon mahasiswa Al-Ahgaff University yang tergabung dalam kloter ke-1 sudah tiba di Yaman. Sedangkan kloter ke-2 berangkat, Selasa (10/10/2023).
Seorang calan mahasiswa kloter ke-1 yang sudah tiba di Al-Ahgaff University menyebutkan, penerbangan menuju Yaman menempuh waktu sekitar 22 jam.
Yakni, Jakarta-Abu Dhabi (8 jam), Abu Dhabi-Mesir (4,5 jam), Mesir-Seiyun (4 jam), serta Seiyun-Mukala, Yaman (6 jam). Sebelum tiba di Bandar Udara Internasional Sana’a, Kota Yaman, penerbangan beberapa kali melakukan transit di sejumlah negara berkisar tiga sampai empat jam.
Kuasa Allah
Sejak awal memang Rezky mengimpikan bisa kuliah di Al-Ahgaff University. Terkadang ia berkaca, impiannya terlalu muluk-muluk lantaran dia berlatar keluarga tak mampu.

Ibunya, Aminah, bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang janda yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci piring dan juru masak di salah satu tempat penginapan di Dalan Lidang. Gajinya, tak lebih dari Rp1 juta per bulan. Setiap hari berangkat jelang subuh, dan pulang sore.
Hitungan manusia, penghasilan itu sangatlah tidak cukup. Jika dirunut kebutuhan hidup keluarga mereka, sungguh seperti ada keajaiban. Kontrakan rumah Rp300 ribu per bulan; ongkos angkot kerja pulang-pergi Rp8 ribu—sebulan hanya dua hari libur.
Lalu, ongkos Rezky ke Musthafawiyah Purba Baru Rp20 ribu per hari; ongkos Salman—anak bungsu– ke MAN 1 Madina Rp20 ribu per hari; dan gulai/sayur di rumah Rp20 ribu per hari. Itu belum termasuk beli beras.
“Saat saya enggak pegang uang sama sekali, terkadang ada orang yang saya tak kenal memberikan uang. Katanya sedekah. Alhamdulillah meskipun susah-payah, kami masih selalu ada rezeki,” ujar Aminah dalam suatu waktu kepada Beritahuta.
Rezky merupakan santri berprestasi dari keluarga tak mampu. Selain lulusan terbaik Musthafawiyah tahun 2023, ia kerap meraih juara lomba baca Kitab kuning dan hapalan hadist.
Beberapa bulan lalu, Rezky dan ibunya diberangkat umrah secara gratis oleh: Musa Rajekshah—saat menjabat wakil gubernur Sumut; H. Harun Mustafa (wakil ketua DPRD Sumut); dan M. Sukri Nasution—adik kandung H. Mustafa Bakri Nasution (pimpinan Pesantren Musthafawiyah).
Rezky lulus tes di Al-Ahgaff Univercity Yaman jurusan Syari’ah Islamiyah dan Hukum. Persoalannya, saat ini universitas ini tidak tersedia program beasiswa penuh, termasuk dari pemerintah Indonesia.
Biaya administrasi dan keberangkatan dikenakan sekitar Rp60 juta atau setara 4000 Dolar US. Yakni biaya keberangkatan, visa, terjemah ijazah dan legalisir di Kemenkeh, Kemenlu dan Dubes Yaman (tidak berlaku bagi Ribat Alawiyah), pajak izin tinggal (Iqomah) dan medical untuk tahun pertama.
Lalu, jaminan tiket kepulangan dalam bentuk pinjaman/Qordh untuk universitas sebesar 500 Dolar US, serta infaq untuk universitas Fakultas Syari’ah Walqonun (jurusan: Syar’ah dan hukum, syari’ah, dan hadist dan ilmu hadist) 10 semester.
Sekitar 10 hari jelang penutupan daftar ulang, Rezky baru ada uang sekitar Rp22 juta. Uang itu dikumpulkannya bertahun-tahun hasil hadiah lomba baca Kitab Kuning dan hapalan hadist. Termasuk, honor dia jika ia mengajari anak-anak mengaji dari rumah ke rumah di seputaran Panyabungan.
Alhamdulillah, begitu media ini memberitakan keresahan Rezky yang ingin melanjutkan pendidikan di Yaman, donasi berdatangan dari para dermawan. Bukan hanya dari mereka yang tinggal di Madina, tapi juga dari berbagai daerah di tanah air. Baik secara pribadi, yayasan atau kelompok tertentu.
Empat hari jelang masa daftar ulang tutup, Rezky sudah mendaftar dan transfer dana sesuai ketentuan tanpa menggunakan uang tabungannya yang mencapai sekitar Rp30 juta. Bertambah sekitarRp10 juta dari tabungan awal karena Kandepag Madina memberikan hadiah juara baca Kitab Kuning tingkat nasional berlangsung di Jawa sekitar Rp7,5 juta.
Hingga masa daftar ulang tutup, uang yang masuk ke rekening Rezky dari para dermawan lebih dari Rp100 juta, tidak termasuk tabungannya. Karena itu, kalau bukan kuasa Allah, sepertinya tidak mungkin bagi Rezky dapat menempuh pendidikan di Al-Ahgaff University. (*)
Editor: Akhir Matondang