BERBAGI
Gus Muwafiq (Foto: Tempo)

SAYUP-sayup terdengar suara sumbang begitu panitia Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut mengumumkan salah satu agenda kegiatan event ini adalah menghadirkan K.H. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq.

Soal rencana kedatangan Gus Muwafiq ini banyak diperbincangkan di lopo-lopo, terutama kalangan milenial. Mereka tak habis pikir begitu banyak kiai yang punya talenta dan disukai umat, justru yang didatangkan adalah seseorang yang kontroversial.

Dalam perbincangan dengan sejumlah pentolan Front Pembala Islam (FPI) Madina, mereka juga sangat menyanyangkan kehadiran Gus Muwafiq ke daerah ini. “Masih akan dibicarakan sikap resmi kami,” kata seorang anggota FPI Madina.

Dalam baliho yang dipasang panitia, ditulis Gus Muwafiq akan mengisi acara “Tausiah,  Zikir Akbar dan Doa Bersama”, pada 13 Maret 2020, pukul 13.30 sampai selesai di Taman Raja Batu, Panyabungan, Madina.

Pada HUT ke-20 Madina tahun lalu, panitia menghadirkan Haddad Alwi, di Lapangan Pasir Putih, Pidoli, Panyabungan.

Meskipun acara tahun lalu dikemas dalam acara “Tausiah, Zikir Akbar dan Doa Bersama”, namun pada kenyataan di lapangan tidak ada zikir dan tausiah. Haddad Alwi hanya menyanyi, dan kampanye bersama Ma’ruf Amin, saat itu sebagai calon wakil presiden.

Saya sendiri bingung kenapa panitia memilih Gus Muwafiq untuk mengisi tausiah HUT ke-21 Madina kali ini. Saya sedikit salut kepada masyarakat Sinunukan,  yang pada Minggu (8/3-2020), bisa mengundang Ustad Yahya Waloni.

Jika dilihat catatan perjalanan Haddad Alwi dan Gus Muwafiq, boleh dikatakan setali tiga uang, podo wae, sami mawon, sarupo, rap-rap na kontroversial.

Coba kita kilas balik sedikit mengenai Haddad Alwi. Ia pernah diusir dan dipaksa turun sekelompok orang dari ormas tertentu di Sukabumi, Jawa Barat. Diduga, itu terjadi lantaran penyanyi religi ini membela ulama NU, Gus Muwafiq.

BERITA TERKAIT  Prof. Dr. H. Eddy Suratman, S.E., M.A:  PAD Madina Mirip Kabupaten di Papua

Muannas Alaidid, yang ditunjuk sebagai pengacara Haddad Alwi, menyebut kejadian persekusi terhadap kliennya terjadi 16 Desember 2019. Saat itu, Haddad Alwi diundang membacakan salawat.

Pengusiran diduga lantaran saat berada di atas panggung, Haddad Alwi sempat ceramah. Dalam ceramahnya dia membela Gus Muwafiq yang dinilai melecehkan agama dan mengutuk orang-orang yang memusuhinya.

Hal itu sontak mengundang keriuhan. Massa yang berpakaian serba putih memintanya turun dari panggung sambil melantunkan salawat.

Ana (saya) diundang ke sini, ana mau sholawat. Baik, saya akan turun… saya akan turun…,” kata Haddad Alwi yang sudah terdesak massa. Dia pun lantas turun dari panggung meninggalkan lokasi.

Ada apa dengan Gus Muwafiq. Dalam sebuah tulisan di Tempo, edisi 4 Desember 2020, berjudul “Gus Muwafiq Menuai Kontroversi, Ini Sosok dan Jejak Ceramahnya,” disebutkan lelaki gondrong itu belakangan dapat sorotan lantaran ceramahnya dianggap menghina Nabi Muhammad SAW.

FPI sempat melaporkan Gus Muwafiq ke polisi karena ucapannya itu, meski ditolak karena kurang syarat.

Gus Muwafiq sudah minta maaf atas ucapannya lewat sebuah video yang diunggah di media sosial. “Dengan senang hati saya banyak diingatkan kaum muslimin dan warga bangsa Indonesia yang begitu cinta Rasulullah. Saya sangat mencintai Rasulullah, siapa kaum muslimin yang tidak ingin Rasulullah?” ujar dia.

Pangkal polemik adalah saat Muwafiq mengisahkan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW dan kehidupannya di masa kecil. Ia menyebut Nabi lahir biasa saja.

BERITA TERKAIT  PJ Kades

Sebab jika terlihat bersinar maka ketahuan bala tentara Abrahah. Muwafiq dalam ceramahnya juga menyebut Nabi saat kecil rembes karena ikut kakeknya.

Pernyataan inilah yang kemudian dianggap menghina Nabi Muhammad SAW. Muwafiq sendiri menilai ceritanya itu adalah bentuk improvisasi untuk menjelaskan ke kaum milenial

Dia tidak sependapat jika Muhammad digambarkan sebagai sosok yang berlebih-lebihan ketika kecil. “Sekarang ini digambarkan nabi lahir itu seperti ini, seperti ini. Nabi lahir biasa saja, enggak usah tiba-tiba dibuat bersinar. Kalau bersinar ketahuan, dipotong sama temannya Abrahah,” katanya.

Kata Gus Muwafiq, ada yang menceritakan nabi lahir bersinar sampai langit. “Kalau begitu ya dicari orang Yahudi, dibunuh. Biasa saja, lahir. Masa kecilnya rembes, ikut mbah. Anak kecil itu kalau ikut mbah pasti tidak terlalu terurus, di mana-mana. Mbah itu di mana saja kalau mengurusi anak kecil itu tidak bisa,” kata Gus Muwafiq dalam ceramahnya.

Lantaran ceramah itu, dia mendapat sorotan dari umat Islam karena dinilai menghina Muhammad.

Tentu saja kita hargai permintaan maaf yang sudah dilakukan Gus Muwafiq, tapi ada satu pertanyaan yang terlontar dari masyarakat, “Kenapa harus Gus Muwafiq, ada misi apa sebenarnya. Apalagi tahun lalu juga sudah menghadirkan Haddad Alwi.”

Hanya panitia HUT ke-21 Madina dan penguasa di kabupaten ini yang bisa jawab.

Harapannya, siapapun bupati tahun depan, saat HUT ke-22 Madina, jika memang agenda tablig akbar masih diadakan, hadirkanlah penceramahan yang sesuai dengan selera umat, bukan selera pihak-pihak tertentu. Juga bukan yang kontroversial.(*)

(Akhiruddin Matondang)

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here