BERITAHUta.com—Membiayai sekolah 11 anak tanpa didampingi ayah dan ibu bukanlah hal mudah. Lalu, berapa perkiraan kebutuhan uang harian 11 bocah warga Desa Hutarimbaru, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) ini.
Bagi Amansyah (19), anak sulung dari Ali Mandan (40) dan Sangkot (37) ,pasca ayah mereka dipenjara dan si ibu meninggal sekitar dua bulan lalu, membiaya sekolah adik-adiknya adalah suatu tanggung jawab besar. Sementara penghasilan per minggu dari kebon hanya sekitar Rp110.000, yang didapat dari jual satu kaleng karet hasil “mangguris”.
Menurut, mereka ada sedikit tanaman karet. Seminggu hasil deres paling banyak satu ember atau setara sekitar 20 kg. Dengan asumsi harga karet Rp5.5000/kg, dalam seminggu didapat Rp 110.000.-
Paman (uda-red) mereka, selain beli buah pinang petani seharga Rp6000/kg, ia juga beli hasil deres petani meskipun hanya “toke” kecil-kecilan.
Setelah pinang dikupas oleh adik-adik Ummi, pinang dijemur sampai kering. Kemudian, pinang kering dijual Rp7000/kg. Dalam satu kilogram pinang kering, didapat dari sekitar 4 kg pinang belum dikupas. Jadi keuntungan dalam 1 kg pinang kering sekitar 3.500,-.
Sebenarnya Ummi bersaudara ada 14, namun satu di antaranya meninggal, sehingga tinggal 13 orang. Yaitu, Amansyah (19), Ummi Roiyah (18), Sofwatul Mardiyah (kelas dua SMK Negeri 2 Panyabungan), Marwah (kelas dua SMP Negeri Gunung Baringin), Al Farizi (kelas satu SMP Negeri Gunung Baringin).
Selanjutya , Musyadi (kelas lima SD Negeri Hitarimbaru), Habibullah (kelas empat SD Negeri Hutarimbaru), Wahyu (kelas dua SD Negeri Hutarimbaru), Halif (Tk), Sadli (3 tahun), Ramlan (1,5 tahun), dan si kembar: Rahmat Yusuf serta Maulana Yusuf (2 bulan).
Bagaimana kebutuhan biaya sekolah dan jajan 11 bocah setiap hari. Ini perhitungannya, untuk Sofwatul: jajan 5.000, dan ongkos pulang-pergi ke SMK Negeri 1 Panyabungan di Kelurahan Panyabungan 3, Madina 10.000, total 15.000,- Dari rumah ke sekolah berjarak sekitar 18 km.
Sofwatul harus berangkat sekitar pukul 06.00 dan biasanya pulang sekitar pukul 16.00. Terkadang bisa lebih lama jika angkot susah didapat. Saat pulang, biasanya ia harus jalan kaki dulu sekitar 2,5 km sebelum sampai rumah karena angkot hanya sampai simpang Hutarimbaru di Desa Parmompang.
Untuk dua siswa SMP Negeri 1 Gunung Baringin, uang jajan mereka Rp3000/orang, ditambah bensin sepeda motor yang dulu biasa dipakai Ali Mandan ke kebon sekitar Rp20.000/minggu. Uang jajan tingkat SD, TK dan belum sekolah Rp2000/hari.
Dengan demikian, dalam sebulan kebutuhan ongkos dan jajan, yaitu 26 hari X Rp33.000=Rp858.000,-+ Rp80.000,- (bensin sepeda motor)=Rp938.000,-. Ini belum termasuk susu si kembar: Rahmad dan Maulana. Juga belum termasuk keperluan lain.
Saat ini tas, sepatu, kaos kaki dan seragam sekolah sebagian sudah tak layak lagi. Untuk buku tulis sudah ada yang menyumbang. Baju putih dan baju batik sekolah juga sudah ada yang bersedekah.
Menurut Ummi, padi hasil panen ayah sebelum masuk penjara, tinggal empat karung lagi. Sejak ayah tersangkut hukum dan sang ibu meninggal mereka belum pernah beli beras.
Ketika ditanya apakah mereka sudah pernah makan tidak pakai sayur atau gulai? Amansyah hanya senyum, lalu dijawab,”Terkadang pakai karupuk sambal, beberapa kali pakai garam saja.”
Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari keluarga ini, mereka dibantu paman, adik Ali Mandan. Meskpun penghasilan sang paman yang punya empat anak ini tidak terlalu besar, tapi dia masih berusaha menyekolahkan adik-adik Ummi. “Tidak tahu sampai kapan,” ujar Ummi. (tim-01)