BERITAHUta.com—Sekitar 700 orang menghadiri Deklarasi Amanah (Alumni Musthafawiyah Nahyidin) yang berlangsung di Lapangan Aek Galoga, Panyabungan, Madina, Sumut, pada Rabu (13/2). Acara ini diwarnai bagi-bagi baju koko kepada massa yang hadir.
Begitu massa dari sejumlah desa di Madina (Mandailing Natal) tiba di lokasi, ketua rombongan masing-masing langsung membagikan baju koko warna putih. Mereka tampak berebut mengelilingi petugas pembagi.
Baju koko lengan panjang itu bertuliskan “Amanah” di sebelah dada kiri dan 01 di sebelah kanan. Mereka yang sudah terima kemeja tersebut, langsung dipakai di sekitar parkir mobil rombongan.
Tak ayal, di bawah tenda yang tadinya pakaian belang-belang dengan peci haji, terlihat agak memutih karena sudah pakai koko. Hanya beberapa orang saja yang tidak berbaju koko, itu pun sebenarnya sudah dapat jatah, namun tidak dipakai.
Pembagian baju koko tampaknya sengaja dikemas panitia agar massa yang hadir terkesan “nyantri”, padahal umumnya mereka yang hadir bukan kalangan pesantren, tapi masyarakat biasa yang dimobilisasi. “Saya tidak dapat,” kata seorang bapak 60-an tahun yang tampak berbaju koko lengan pendek sudah agak kusam.
Baju koko itu hanya untuk massa kaum laki-laki, sementara untuk perempuan tidak tampak dapat apa-apa. Hanya sesekali terdengar bisik-bisik, soal uang saku bagi mereka. “He..ho madapotan ma?,” kata seorang ibu muda yang sedang gendong bayi ke wanita di sebelahnya. Yang ditanya hanya geleng kepala.
Umumnya setiap kelompok yang sedang duduk berkelompok, sibuk membicarakan uang saku. Bahkan seorang di antaranya sempat menyuruh isi absen kepada rekannya agar pas mau pulang usai acara bisa dapat saku.
Seorang lelaki berumur 48 tahun dari Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Madina menyebutkan, rombongan mereka berjumlah sekitar 25 orang. “Tidak banyak yang berangkat, sebab di sana juga sedang memasak persiapan menyambut Bobby,” katanya.
Setelah acara deklarasi selesai, kata dia, Bobby dan rombongan menuju pesantren milik Ustad Mahmudin Rangkuti di Desa Hutatinggi. “Pengurus organisasi Amanah sekitar lima orang, sebagian berasal dari wilayah Puncak Sorik Marapi.”
Selain rombongan dari Puncak Sorik Marapi, tampak rombongan massa antara lain dari Gunung Baringin, Salambue, Panyabungan III, dan Panyabungan II.
Kendaraan yang memobilisasi massa tampak terususun rapi di barat lapangan. Sejumlah petugas keamanan tampak berjaga-jaga di sekitar lokasi kegiatan, baik berpakaian dinas maupun pengamanan tertutup.
Entah apa alasannya, ketika Bobby sudah tiba di lokasi, pintu pagar lokasi acara ditutup dan dijaga ketat polisi. “Berlebihan. Massanya juga sedikit, kok pakai ditutup segala,” kata seorang warga.
Usai acara deklarasi sempat terjadi insiden berebut nasi kotak. Awalnya petugas meminta mengisi formulir dan daftar hadir bagi rombongan yang belum mengisi data pas tiba di lokasi.
Kaum ibu pun berebut mengisi data, bahkan sampai antre karena bolpen panitia terbatas. Karena tidak sabar menunggu, akhirnya mereka berebut mendapat nasi bungkus yang sudah berada di bawah meja panitia.
Nasi bungkus itu dikeluarkan dari bis kecil hijau lumut berplat merah BB-7103-R. Banyak massa kecewa disebabkan tidak dapat jatah makan siang tersebut. (tim-01)