BERBAGI
"MAMBUNGKAS TOBAT"--Puluhan warga Desa Bangun Purba, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Madina ikut pesta "mambungkas tobat" menyambut datangnya bulan Ramadan 1440 H, pada Minggu (5/5). Kegiatan seperti ini sudah tradisi sejak puluhan tahun lalu.

BERBAGAI cara dilakukan umat muslim dalam menyambut datangnya Ramadan. Warga di Desa Bangun Purba, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut menyambut bulan puasa dengan acara mambungkas tobat (menangkap ikan di kolam-red).

Tradisi tersebut sudah berlangsung lama. Belum tahu pasti sejak kapan kegiatan ini dimulai. ”Waktu saya kecil, sudah ada di desa ini acara mambungkas tobat setiap mau puasa. Sampai sekarang masih tetap ada,” kata Syukron (24), warga Bangun Purba.

Acara menangkap ikan pakai tangan atau durung (jaring) ini berlangsung di Tobat Pandan, berlokasi di Jalinsum (jalan lintas Sumatera), Desa Bangun Purba.

Tobat Pandan berukuran sekitar 40X120 meter itu sekarang dikelola Syawal Batubara (50), juga warga Bangun Purba. Sejak dulu, lokasi tersebut tidak pernah ditanam padi. Mungkin salah satu alasannya karena di dalam kolam banyak batu berukuran kecil dan besar.

Biasanya acara mambungkas tobat dilaksanakan sekitar satu sampai tiga hari sebelum Ramadan tiba. Puluhan warga pria dan wanita ikut “terjun” ke kolam, baik anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.

BERITA TERKAIT  Pakai Dana Pokir, Fahrizal Efendi Bangun Ruang Baru Ponpes Tahfiz Sahrani Bariah Zulkarnaen

Badan dan pakain penuh lumpur tak menjadi masalah, justru tawa dan canda mewarnai atraksi mereka saat berusaha menangkap ikan. “Sibo.., sibo.. (Itu…itu…,” teriak penonton kepada seorang penangkap ikan.

Berbagai macam ikan ada di kolam itu, seperti ikan mas, nila, udang, gabus, aporas, dan burincak. Bagi warga yang pandai mandehe (menangkap ikan hanya pakai tangan-red), biasanya dapat ikan lebih banyak karena air kolam sengaja dikuras sebelum acara mulai.

Karena debit air berkurang, ikan-ikan itu biasanya masuk ke bawah batu-batu yang bertaburan di dalam kolam.

Memang Syawal tidak memberikan semua ikan dalam kolam ke warga. Sebelum warga  bebas masuk, ia terlebih dahulu mengambil ikan mas berukuran besar. Ketika warga sudah bebas masuk pun, ada kesepakatan jika kebetulan mereka dapat ikan mas ukuran minimal 0,5 kg, maka tangkapan tersebut harus diserahkan kepada si pemilik kolam.

“Namun jika sudah siang, kalau masih ada dapat ikan mas ukuran besar, sudah jadi hak yang menangkapnya,” kata warga.

BERITA TERKAIT  Usai Dilantik sebagai Kades, Buyung Umak Disambut Warga ‘Bak’ Bupati Berkunjung ke Desa

Biasanya, air kolam dikuras sejak malam. Lalu, paginya atau sekitar pukul 5.00, Syawal dan pekerjanya mulai menangkap ikan ukuran besar untuk dijual. Sekitar pukul 9.30, warga baru bebas masuk ke dalam kolam.

“Alhamdulillah cukup untuk makan malam dan sayur perdana,” kata seorang warga sembari memperlihatkan ikan tangkapannya kepada Beritahuta.com, pada Minggu (5/5).

Bagi warga Bangun Purba kegiatan rutin tahunan ini bisa menjadi hiburan, sekaligus silaturrahmi antar sesama penduduk setempat. Sebab aksi para “pemburu” ikan itu menjadi tontonan warga. Tawa, canda, dan teriak-teriakan para “suporter” menggema di sekitar kolam.

“Selain bisa dapat ikan untuk makan sahur perdana, tradisi ini juga sekaligus hiburan bagi warga,” kata Syukron.

Tobat Pandan begitu bersahabat dengan warga Desa Bangun Purba. Sebagian besar kaum ibu di desa ini menjadikan kolam ini sebagai tempat mandi, sekaligus cuci pakaian dan perlengkapan dapur. (*)

Peliput: Ilyas Lubis

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here