BERBAGI
TANPA APARATUR--Sejumlah warga tetap bertahan di bawah terik matahari dengan pakai payung karena ingin mendengarkan tausiah UAS. Meskipun tanpa kehadiran aparatur, acara ini tetap membludak hingga tempat acara tak mampu menampung massa.

BERITAHUta.com—Para PNS di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, seperti terbelenggu pada jelang Pemilu 2019 ini. Mereka dihantui rasa takut menghadiri tausiah Ustad Abdul Somad, Lc., M.A., pada acara Isra Mi’raj yang berlangsung di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Panyabungan, Senin (8/4).

Bukan hanya PNS (pegawai negeri sipil) di lingkungan Pemkab Madina yang diliputi rasa takut, tapi para guru-guru semua tingkatan pun enggan datang menghadiri siraman rohani dari UAS, sebutan untuk ustad kondang, akibat merasa dimatai-matai.

Padahal mereka sebenarnya ingin mendengarkan tausiah UAS. Ketakutan itu diduga disebabkan adanya pengawasan yang ekstra ketat terhadap tindak-tanduk semua aparatur dan tenaga kerja suka rela (TKS) di kabupaten ini pada jelang Pemilu 2019.

“Saya gak ikut ah, nanti dimutasi jauh. Saya sudah tua, repot kalau dimutasi ke daerah terpencil,” kata seorang guru sebuah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Panyabungan ketika diajak kawannya yang bukan aparatur ke acara tersebut.

BERITA TERKAIT  Kecelakaan Usai Pengamanan Perhitungan Suara, Aiptu Martin Sembiring Kritis

Hal serupa disebutkan seorang PNS di Pemkab Madina. Ia menyebutkan sebenarnya ia dan kawan-kawannya ingin menghadiri tausiah UAS di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, tapi mereka takut terkena sanksi.

“Semua pegawai sekarang dihantui rasa takut pada jelang pemilu ini. Bahkan, kami diharuskan mencoblos pasangan calon presiden-wakil presiden tertentu,” kata lelaki yang tak mau disebutkan namanya itu.

Isu yang beredar di tengah masyarakat, pihak Pemkab Madina sudah mendata alamat dan TPS (tempat pemungutan suara) para pegawai. “Gerak-gerik kami diawasi. Seorang pejabat di dinas tertentu dikabarkan mendadak di-non-job gara-gara diketahui melakukan kegiatan saudaranya yang jadi caleg partai pendukung pasangan 02,” tambah sumber itu.

Seperti diketahui, belasan ribu massa menghadiri tausiah UAS di pesantren terkenal tersebut. Bahkan, lapangan tempat kegiatan tidak bisa menampung santri dan masyarakat yang berdatangan dari sejumlah kecamatan di Madina.

Massa tumpah di jalan dan areal pesantren. Sebagian besar di antara belasan ribu massa itu bertahan di terik matahari, sementara lainnya mencari tempat berteduh. “Ngana binege baya (tidak dengar-red),” kata Rosnila, warga Maga, Kecamatan Lembah Sorik Marapi (LSM), Madina.

BERITA TERKAIT  Masih Soal “Surat Cinta”, Mahasiswa Tuntut Bupati Mandailing Natal Minta Maaf

Rosnila dan ribuan masyarakat lainnya mengalami hal serupa. Mereka tidak mendengar tausiah ustad disebabkan sound system yang kurang mendukung dan lapangan tempat kegiatan yang tidak memadai dibanding jumlah massa.

Massa tumpah di jalan lintas Sumetara (jalinsum). Tak ayal, kemacetan mengular sepanjang sekitar tiga kilometer. Meskpun begitu, arus lalu lintas tetap bisa dilalui meskipun kendaaraan harus merayap.

Para warga yang datang ke acara Isra Mi’raj itu tidak merasa menyelesal meskipun terkesan sia-sia akibat suara tausiah UAS tidak terdengar.

“Kami datang dengan ikhlas, bayar ongkos sendiri, tidak dapat snack, apalagi nasi bungkus. Kami mengharap barokah dari Allah SWT,” kata Jamilah, warga Sipolu-pulu, Panyabungan. (*)

 

Peliput: Ilyas Lubis

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here