PENGANTAR—Fenomena siluman dalam seleksi masuk PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Mandailing Natal (Madina), Sumut tergolong sistematis. Tindakan ini suatu penzaliman terhadap mereka yang sudah mengabdi belasan tahun sebagai guru honorer.
Kami coba buka satu persatu secara bersambung nama-nama mereka yang lulus PPPK diduga menggunakan data palsu. Terindikasi ‘main mata’ antara kepsek dan Dinas Pendidikan Madina.
Kita berharap jika ada peserta seleksi PPPK terbukti menggunakan data palsu, supaya dibatalkan. Jika perlu proses secara hukum.
Kenapa mereka yang sebagian tak pernah merasakan suka duka sebagai seorang guru honorer, bisa masuk Dapodik. Siapa sebenarnya yang bermain. Siapa ordal-nya. Satu per satu media ini bakal mengungkap melalui tulisan bersambung bertajuk “bongkar guru honorer siluman PPPK Madina”. *
LIPUTAN bersambung ini sempat terhenti beberapa hari. Tadinya redaksi bermaksud tak melanjutkan tulisan soal dugaan honorer siluman lantaran DHS, kepala Dinas Pendidikan Madina, sudah ditetapkan sebagai tersangka. Namun, banyak pembaca bertanya kenapa tidak ada kelanjutan berita dugaan guru ‘jadi-jadian’ tersebut.
Data di web Beritahuta juga menunjukkan jumlah pembaca kupasan dugaan guru siluman cukup tinggi. Untuk itu redaksi bakal menulis lagi satu per satu terkait hal ini hingga beberapa edisi ke depan.
Kali ini, lanjut ke sosok seorang guru yang diduga siluman. Namun sebelumnya, redaksi menyampaikan maaf, meskipun menyebutkan jenis usaha yang sedang dijalankan seseorang yang diduga honorer siluman, tak ada maksud merendahkan atau sejenisnya, tapi memang secara kebetulan itulah aktivitasnya sesuai informasi dari sumber-sumber kami dapatkan. Misalnya, kalau kerja di bank, ditulis kerja di bank. Pegawai PLN, ditulis pegawai PLN.
Salah satu peserta tes PPPK Madina yang diduga siluman dan kerap dicibir melalui medsos adalah seseorang tukang parut kelapa alias penjual santan yang sehari-hari menjalankan usahanya di seputaran Pasar Baru, Panyabungan, Madina.
Namanya: Ardi Ansyah Chaniago. Sesuai pengumuman kelulusan PPPK Madina 2023, ia dinyatakan diterima di SD Negeri 226 Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut, Madina.
Persoalan timbul ketika banyak pihak menduga Ardi bukanlah seorang guru honorer. Dari berbagai sumber yang ditanya media ini menyebutkan, sehari-sehari Ardi menjalankan usaha menjual santan kelapa.
“Setahu saya dia sudah lama membuka usaha tersebut. Bahkan, tadinya di sana, sekarang pindah di situ,” kata warga sembari menunjuk kios dimaksud.
Warga lainnya mengaku kaget membaca postingan di facebook yang menyebutkan Ardi lulus seleksi PPPK. “Kok bisa. Ada ordal-nya kali,” ujar sumber lain menduga-duga.
Berdasarkan lembaran pengumuman kelulusan PPPK Madina 2023, Ardi lulus di SDN 226 Tolang melalui jalur pelamar umum Prioritas 4 (P4). Kategiori P4 adalah seseorang yang terdaftar pada database kelulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Kemendikbudristek dan/atau pelamar yang terdaftar di Dapodik.
Nilai sertifikat kompetensi atau CAT dia tercatat 335. Jika melihat angka ini, masuk kategori rendah lantaran mereka yang tak lulus kebanyakan di atas 500. Hanya saja dipastikan tertolong nilai SKTT (Seleksi Kompetensi Teknis Tambahan).
Hitungan simpelnya, nilai total kelulusan Ardi 423,5, dikurangi nilai CAT 335. Berarti ada penambahan dari SKTT:88,5. Nilai SKTT ini didapat dari 10 poin penilaian kompetensi.
Seperti diketahui nilai terendah SKTT: 1, dan paling tinggi 9. Mereka yang tak lulus PPPK tahun ini umumnya dapat total nilai 15 dari 10 poin tersebut. Jadi nilai 15 dibagi 10 poin, itulah rata-rata nilai SKTT mereka yang mengaku terzalimi.
Berdasarkan informasi Dapodik melalui cek online, Ardi tercatat di SDN 226 Tolang dengan status kepegawaian guru honor. Perubahan terakhir data ini, 18 September 2023, pukul 16.30. Lalu sinkron terakhir sekolah ke Dapodik pusat, 16 Januari 2024, pukul 00.03.
Kepala SDN 226 Tolang Mirwan Batubara menyatakan sampai saat ini di sekolah yang dipimpin tidak ada nama Ardi Ansyah Chaniago. Dia juga tidak mengenal nama tersebut, baik secara fisik maupun berdasarkan data sekolah.
“Saya memang sudah baca di medsos (soal penjual santan lulus di SDN 226 Tolang). Disumpah pun mau, saya tidak kenal dan tidak tahu menahu soal ini. Dia tidak honor di sini, terutama sejak menjabat di sini awal 2023 lalu,” katanya saat dikonfirmasi Beritahuta di sekolah itu, Kamis (18/1/2024).
Bahkan untuk membuktikan tidak ada keterlibatan Mirwan dalam keikut sertaan Ardi pada tes seleksi PPPK Madina 2023, dia sampai mengatakan, “Disumpah pakai Alquran pun saya siap. Ini supaya jelas, jangan sampai ada fitnah untuk saya, keluarga dan sekolah seolah kami mengkutak-katik data Dapodik,” tegasnya.
Sesuai data administrasi SDN 226 Tolang dan data Dapodik sekolah, di sini ada dua guru honorer, yaitu Mamnah dan Abdul Hakim. Mamnah saat ini masih berstatus lulusan SLTA—sedang kuliah—sehingga belum bisa ikut tes PPPK meski sudah menjadi honor sejak 2015.
Sedangkan Abdul Hakim sudah mengajar selama 15 tahun di SDN 226 Tolang. Pada seleksi penerimaan PPPK 2023, dia ikut mendaftar, namun tidak lulus.
Yuliyani, guru SDN 226 Tolang, yang sudah mengabdi di sekolah ini sekitar 30 tahun mengaku tidak pernah ada guru bernama Ardi di sekolah itu. “Saya tidak kenal sama sekali,” katanya.
Hal serupa dikatakan guru lain yang sudah mengajar sekitar 23 tahun, yakni: Nurbasani. “Saya tidak kenal pak. Saya yakin kawan di sini tak ada yang mengenalnya,” ujanya.
Lebih unik lagi, data Dapodik sekolah dan data Dapodik pusat—melalui cek online—tidak sama. Jika Dapodik cek online terdapat nama Ardi, namun di Dapodik SDN 226 Tolang tidak tercantum nama Ardi. (*)
Editor: Akhir Matondang