BERITAHUta.com–Ketika negeri ini sibuk urusan pemilu. Ketika kita asik berdebat soal capres-cawapres, dan ketika sesama muslim saling hujat membela dukungan masing-masing, ternyata di Desa Pakantan Lombang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut ada seorang bocah siang malam bergelut menantang maut.
Sepanjang malam ia tak bisa tidur menahan rasa sakit. Air mata pun sampai tak menetes lagi akibat tersumbat rasa perih di sekitar perut. Sang orangtua seakan tak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya berdoa ada mukjizat agar derita anaknya berakhir.
Di saat keluarga setengah pasrah akibat parsuadaan, para aparatur desa (mungkin) sibuk menghitung uang ADD (anggaran dana desa) sehingga tak terpikirkan serta tidak sempat mengetahui derita masyarakar. Pun pihak kecamatan seperti tuli, dan terkesan tak tahu ada warga sedang menjerit.
Pihak Puskemas Pakantan juga tidak menganggap serius persoalan ini padahal setiap pekan keluarga datang mengambil obat. Seolah tutup mana. Tidak ada sensitivitas menyebabkan informasi ini kemungkinan tidak sampai di pejabat daerah.
Dan, innalillahi wainnailaihi rojiun. Agus Syafii Nasution (9) pun meninggal dunia di RS. Adam Malik, Medan pada Sabtu (5/1-2019), sekitar pukul 09.00. Menurut informasi, jenazahnya akan dibawa ke Pakantan untuk dimakamkan.
Kabar sakit diderita Agus sempat viral di media sosial setelah pertama kali diposting lewat akun facebook: Siti Rahma pada Rabu (2/1), pukul 13.51.
Selain menampilkan kondisi Agus sedang berbaring dengan perut buncit dan kaki kecil di rumah sangat sederhana, Siti Rahma juga menulis narasi: Tu sude koum nami alak pakantan nadong diperantauan mangido tolong ita rap bantu ma jolo parubatan ni anak ni bg Diris on. Alak pakantan lombang bagas na disimpang 4.
Sannari anak ni abg on juguk di kls 3 SD, panyakiton madung berkisar 6 bln tu badanna.
Infeksi jantung ning dokter panyakitna. Keluarga na susah, maroban marubat pe inda dong biayana.
Tu koum nami nara mambuka hati dot mambantuna. Kirim ma bantuan nai tu no rek. On. 5340-01–013663-53-5 (BRI) ats nama: Ismail Lubis.bantuan nikoum nami sasudena sangat ami aropkon.
Semoga bantuan ni koum nami sasudena bisa manian meringankan penyakit nidanakon.
Setelah postingan itu muncul, banyak pihak merasa empati terhadap derita Agus. Beberapa media online pun memberitakan. Aparat desa, puskesmas dan pihak kecamatan pun seolah terbangun dari tidurnya. Tersentak atas kelalaian mereka mengabaikan seorang bocah yang mengerang kesakitan berbulan-bulan akibat gagal jantung.
Setelah jadi sorotan publik, pada Kamis pagi (3/1), Camat Pakantan H. Ridwan Lubis, Kepala Puskesmas dr. Amri Situmorang, dan Kades Pakantan Lombang Umar Syahdi membawa Agus ke RSUD Panyabungan.
Berselang beberapa jam kemudian, langsung dibawa ke RS. Adam Malik Medan karena kondisi kesehatan Agus sudah parah. Manusia berusaha, Allah SWT. menentukan, Sabtu pagi ini, Agus mengembuskan nafas terakhir.
Diris Nasution dan Nurhayati, orangtua Agus, hanya bisa pasrah terhadap nasib dialami anak bungsu mereka. Mereka mengaku tidak mampu berbuat banyak akibat kondisi ekonomi.
Selama berbulan-bulan pelajar kelas tiga SD itu hanya bisa tiduran sembari menahan rasa sakit di rumah sederhana, berdinding bambu. Badan tidak bisa lagi digerakkan, kecuali lewat bantuan. Diris tak kuasa menahan air mata setiap ada orang menjenguk anaknya.
Awalnya penyakit Agus dikira masuk angin biasa. Seiring perjalanan waktu, perut kian besar, sementara kaki mengecil. Sampai akhirnya, ia tak bisa lagi berangkat sekolah.
“Saya hanya buruh tani upahan yang tak ada sumber pendapatan lain,” kata Diris.
Setengah meratap, dia berharap uluran tangan pihak mana pun yang mau berbagai rezeki agar anaknya bisa berobat. “Kami bisa berobat pakai BPJS, tapi untuk biaya lain-lain tidak ada. Misalnya, transportasi dan biaya selama di rumah sakit,” katanya.
Agus pernah berobat selama tiga hari di RSUD Panyabungan. Saat itu dokter mengatakan, ia mengidap penyakit infeksi jantung. Salah satu upaya mengobatinya mesti dirujuk ke Medan.
Setelah ramai di media sosial, kepada wartawan seperti dikutip dari StartNews, kades mengatakan akan berupaya bantu biaya pendamping Agus selama perawatan.
“Saya akan musyawarah dengan warga mencari solusinya agar keluarga Agus bisa terbantu. Kita juga berupaya ia bisa berobat secepatnya,” ujar Umar Syahdi.
Amri Situmorang mengatakan, “Melihat kondisi penyakitnya, memang tidak mungkin lagi berobat di Puskesmas. Harus dirujuk ke rumah sakit. Kami terus berkoordinasi dengan orangtua pasien tentang perkembangan penyakitnya. Bahkan orangtuanya sekali seminggu tetap datang ke puskesmas mengambil obat,” kata kepala Puskesmas Pakantan.
Lalu apa kata Camat Pakantan Ridwan Lubis, “Sangat prihatin melihat kondisi Agus. Kita langsung arahkan dirujuk ke rumah sakit. Terkait biaya pendamping, kami berinisiatif beri bantuan selama lima hari. Sebagai tambahnya, saya sudah minta kades musyawarah dengan warga agar keluarga Agus terbantu.”
Enam bulan Agus bergelut dengan penyakitnya. Sayang, semua sudah terlambat. Ini pelajaran berharga bagi semua yang mengaku aparatur pemerintah.
Semoga Agus Syafii Nasution husnul khotimah, dan keluarga yang ditinggal diberi kesabaran.(tim-01)