
BERITAHUta.com—Petugas posko perbatasan penanganan covid-19 di Kecamatan Muarasipongi, Mandailing Natal (Madina), Sumut terkesan main-main dalam menjalankan tugas.
Pengelolaan posko yang berada di batas Sumut (Sumatera Utara)- Sumatera Barat (Sumbar) itu amburadul dan menganggap sepele terhadap upaya memutus penyebaran corona lewat pintu gerbang provinsi tersebut.

Sebab petugas hanya menunggu posko tersebut siang hari, itu pun terkesan formalitas saja. Sementara pada malam hari nyaris tidak ada petugas yang menunggu posko.
Kalau pun ada beberapa orang yang belum pulang dari ke rumahnya masing-masing, mereka biasanya hanya duduk-duduk di lopo yang ada di dekat posko tersebut.
Terkadang mobil ambulans sengaja di parkir di dekat posko, sementara petugasnya tidak tahu entah dimana.
Menurut pemantauan Beritahuta.com, dalam beberapa malam ini, jika jelang pukul 23.00, posko tersebut dibiarkan kosong. Tak seorang pun petugas duduk di dalam posko, apalagi menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

“Paling pagi sekitar pukul 07.00 baru ada petugas yang datang,” kata warga ketika ditemui di lopo dekat posko tersebut, Sabtu malam (18/4-2020).
Penanganan posko perbatasan yang dikelola Pemkab Madina itu bertolak belakang dengan posko perbatasan milik Sumbar. Lokasinya, sekitar satu kilometer arah selatan posko Muarasipongi.
Petugas di posko perbatasan penanganan covid-19 milik Sumbar kerja 24 jam. Tim medis dan aparat keamanan selalu ramai bertugas. Mereka dilengkapi perlengkapan administrasi dan APD (alat pelindung diri) covid-19.
Tidak satu pun kendaraan pribadi atau umum—baik roda dua, empat atau lebih– yang masuk ke wilayah Sumbar tanpa izin petugas. Suhu badan setiap orang yang ada di dalam kendaraan diperiksa.
Selain itu, petugas mencatat asal kendaraan, tujuan, serta nama pengemudi. Jika ada penumpang atau pengemudi yang suhu badannya mendekati 38 derajat, secara lengkap identitasnya dicatat dan tetap diperbolehkan masuk Sumbar.
Namun jika ada suhu badan mencapai 38 derajat atau lebih, tidak diperbolehkan masuk Sumbar. “Tidak ada toleransi, suhu badan 38 derajat atau lebih tidak boleh lagi masuk Sumatare Barat,” kata petugas medis yang bertugas di posko.
Lain halnya dengan posko gugus tugas penanganan covid-19 miliki Pemkab Madina yang berada di Muarasipongi. Mereka terkesan kerja asal-asalan. Tak ikhlas serta tidak bertanggung jawab.
Pada siang hari, misalnya, petugas hanya sesekali menyetop kendaraan yang hendak masuk wilayah Madina. Selebihnya mereka biarkan lewat begitu saja.
Petugas di posko ini hanya terlihat kerja seolah serius jika ada pihak-pihak tertentu yang hendak menyerahkan bantuan APD.
“Kalau ada tim kabupaten datang, atau ada pihak-pihak yang hendak menyerahkan bantuan APD baru petugas medis dan petugas keamanan menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Setiap yang hendak masuk Madina diminta cuci tangan dan suhu tubuh mereka dicek,” kata warga yang tak mau ditulis namanya.
Dia mendengar banyak keluhan dari petugas, terutama pihak keamanan mengenai ketersediaan APD untuk mereka. “Mestinya diaudit dulu APD yang masuk ke posko ini, baik dari pemkab atau bantuan pihak-pihak tertentu,” katanya.
Ada dugaan APD yang diberikan ke posko itu banyak tak jelas rimbanya karena setiap yang habis tugas, ia membawa pulang APD yang dipakai, setelah itu tidak jelas lagi keberadannya. (*)
Peliput: Tim
Editor: Akhir Matondang