BERBAGI
TERENDAM AIR LIMBAH--Sekitar 100 makam di TPU Banjar Kobun, Kelurahan Panyabungan II, Panyabungan, Madina terendam air limbah kamar mandi. Selain itu, sampah rumah tangga juga berserakan. Pemkab Madina diminta turun tangan menangani masalah ini. Foto diambil, Sabtu (10/3/2024). (foto: akhir matondang)

SUAIDAH tertegun di tempat berdiri. Ia tak kuasa melihat hamparan  makam tergenang air limbah dan sampah. Matanya memerah. Sesekali ia menyeka air mata pakai kerudung. Dua saudaranya yang lain juga turut menyimpan kesedihan.

Kepedihan warga Kelurahan Panyabungan III, Kecamatan Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut itu kian bertambah lantaran salah satu makam yang tergenang air berwarna hitam pekat adalah kuburan sang ayah.

Sabtu (9/3/2024) pagi, itu tak hanya Suaidah dan keluarga yang sedang ziarah penyambut bulan puasa. Ada peziarah lain, di antaranya: Masniari, Salman, Reihana. Mereka melampiaskan kekesalan dengan berbagai ocehan. “Masak ada selokan tidak jelas aliran airnya kemana,” ujar Reihana.

foto: akhir matondang

Suaidah menyesalkan warga yang tinggal di sekitar TPU membuang limbah rumah tangga sembarangan sehingga selokan tercemar. “Lihat itu, sampah semua. Sudah selokan kecil, sampah menumpuk lagi,” ujarnya.

Entah apa yang terbesit di benak Suaidah, Masniari, Salman dan peziarah lain ketika melihat makam keluarga mereka di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Banjar Kobun, Panyabungan II, Kecamatan Panyabungan tergenang air limbah kamar mandi dan sampah rumah tangga warga sekitar.

Air limbah berwarna hitam pekat itu menggenangi sekitar 100-an makam di bagian selatan TPU tersebut. Persisnya di bagian sudut barat—berbatasan dengan tembok yang membentang di barat TPU. Makam yang tergenang air limbah di hamparan sekitar 70 meter dari selatan-utara.

Sampah rumah tangga berupa aneka plastik berserakan dimana-mana. Beberapa kuburan tak terlihat lagi akibat tertimbun tanah dan sampah.

Air limbah kamar mandi warga yang bermukim di selatan TPU kerap meluap ke kawasan pemakaman setiap musim hujan. Kejadian seperti ini sudah berlangsung lama. Sebelumnya, puluhan kuburan di bagian timur lokasi yang tergenang saat ini juga sering tergenang air limbah.

BERITA TERKAIT  Pemkab Madina Bakal Surati Kementerian Hukum dan HAM Minta Gultom Dipecat

Berdasarkan pemantauan Beritahuta.com semua air limbah kamar mandi warga yang berada di selatan TPU dibuang ke selokan yang “mengular” dari timur-barat. Termasuk tempat mengalirnya air dari pekarangan warga saat hujan.

Selokan selebar sekitar 70 cem tersebut penuh sampah. Layaknya parit pembuangan limbah, airnya hitam pekat dan mengeluarkan aroma tak sedap.

Tinggi permukaan air di selokan hampir rata dengan ketinggian tanah di kiri dan kanan parit. Itulah sebabnya, setiap curah hujan agak tinggi, kali kecil itu tak mampu menampung volume air. Apalagi air dalam selokan nyaris tak mengalir karena di bagian hilir terjadi penyempitan, bahkan bisa disebut penyumpatan.

Hal ini diperburuk kontur kawasan perkuburan berada agak di bawah permukaan air selokan. Sehingga luapan air selokan mengalir ke lokasi pemakaman.

Selain itu, pondasi bagin utara selokan dalam sudah retak, bahkan nyaris tidak tampak lagi karena rusak parah.

foto: akhir matondang

Ali, warga sekitar TPU, menyebutkan setiap musim hujan air selalu meluap ke tempat perkuburan lantaran selokan tak mampu menampung debit air. “Kalau saya dan keluarga tidak pernah buang sampah ke sini (selokan). Selalu dikumpulkan di pintu gang,” katanya kepada media ini, Sabtu (9/3/2024).

Berdasarkan penelusuran Beritahuta.com, tersumbatnya aliran selokan disebabkan beberapa faktor. Pertama, adanya tembok yang berdiri di barat TPI membuat lebar lebar selokan agak mengecil.

Kedua, sekitar 30 meter di barat tembok terdapat persimpangan aliran selokan: satu menuju arah Jalan Bakti ABRI (selatan), satu lagi Kelurahan Pasar Hilir (utara). Kedua arah selokan ini persis berada di samping jalan hotmix menghubungkan Jalan Bakti ABRI dengan Pasar Hilir.

BERITA TERKAIT  Guru Honorer Korban “Zalim” Seleksi PPPK Demo, Pejabat Tinggi Pemkab Madina “Sepakat” Menghindar

Selokan di kedua arah ini tampak tidak terurus. Seorang warga menyebutkan sampai kapan pun selokan tak akan berfungsi sebagaimana mestinya jika bagian hilir tidak dibenahi. “Pemkab Madina jangan tutup mata. Coba kuburan keluarga bupati yang terendam, detik ini juga pasti langsung mereka tangani,” katanya.

Hal serupa disebutkan Salman. Ia berharap pemkab melihat kondisi kuburan yang tergenang air limbah. “Kalau yang begini pejabat kita biasanya tidak peka. Mereka lebih sibuk mengurus kepentingan sendiri. Sekali-kali pakai hati nuranilah,” katanya.

Suaidah mengaku sedih melihat kondisi makam keluarganya akibat tergenang air limbah sehingga tak mampu menahan air mata. Ia berdoa agar hati para pejabat di daerah ini tersentuh mengatasi persoalan ini. “Kepada siapa lagi kami mengadu.”

Dia  berharap masyarakat yang tinggal di sekitar TPU tidak membuang sampah sembarangan sehingga tak menambah masalah. “Sudah selokan tak mengalir, pondasi rusak, lokasi pemakaman agak di bawah, banyak sampah pula. Komplit,” tuturnya.

Masniari tak keberatan patungan memperbaiki pondasi, namun ia mengaku tak mudah menghubungi keluarga jenazah. Selain itu, percuma pondasi diperbaiki atau ditinggikan jika aliran selokan tetap tidak jalan. “Memang solusinya pemkab perlu turun tangan. Itu pun kalau mereka masih punya hati nurani melihat kondisi kuburan tergenang limbah,” ujarnya. (*)

Editor: Akhir Matondang

BERBAGI