PANYABUNGAN, BERITAHUta.com—Seorang ayah mengaku kecewa terhadap pelayanan RSUD Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut. Usai disuntik dan diinfus oleh petugas medis rumah sakit, bayi perempuan berumur sekitar empat bulan itu mengalami kejang-kejang.
Hingga Senin (22/4/2024) dini hari, sekitar pukul 02.30, bayi perempuan bernama Halimatus Sakdiah masih dirawat di ruang ICU (Intensive Care Unit) RSUD Panyabungan. Kondisinya kritis. Tidak sadarkan diri, bahkan tak ada tangis sama sekali.
Abdul Manaf, ayah Halimatus Sakdiah, menyatakan kecewa terhadap pelayanan RSUD Panyabungan. “Begitu anak saya disuntik dan diinfus petugas IGD (Instalasi Gawat Darurat), hanya berselang beberapa menit langsung kejang-kejang,” kata warga Kelurahan Panyabungan I, Kecamatan Panyabungan, Madina kepada Beritahuta.com, Senin (22/4/2024) dini hari.
Berbagai upaya sudah dilakukan Manaf dan keluarga agar petugas rumah sakit memeriksa kondisi bayinya, namun tak digubris. “Terkesan petugas medis membiarkan pasien kejang-kejang. Kami sampai gak tega melihatnya,” ujar pemilik RM Makan Pondok Kelapa, Dalan Lidang, Panyabungan.
Emosi Manaf makin menjadi-jadi lantaran seorang petugas medis rumah sakit menyebutkan kejang-kejang yang dialami Halimatus Sakdiah merupakan hal biasa.
Merasa pasien tidak ditangani secara baik, Manaf dan beberapa keluarganya coba hendak menyampaikan keluhan terhadap dr. M. Rusli Pulungan, direktur RSUD Panyabungan.
Mereka pun mendatangi rumah Rusli Pulungan pada, Minggu (21/4/2024) dini hari, sekitar pukul 01.00. Meskipun pintu rumah sudah diketok berkali-kali, tak seorang pun dari dalam rumah menyahuti.
Gagal bertemu direktur RSUD Panyabungan, Manaf dan beberapa orang lainnya menuju rumah dr. M. Faisal Situmorang, kepala Dinas Kesehatan Madina, di Dalan Lidang, Panyabungan.
Mereka tiba di kediaman kadis sekitar pukul 01.30. “Pak Kadis menyebutkan kami salah alamat, karena katanya tidak ada hubungan antara pelayanan rumah sakit tersebut dengan Dinas Kesehatan,” jelas ayah bayi.
Manaf sempat menyebutkan bahwa secara kelembagaan RSUD Panyabungan berada di bawah Dinas Kesehatan, namun Faisal tetap bersikukuh dia tidak punya kewenangan soal pelayanan di rumah sakit itu.
Diare
Halimatussakdiah tiba di RSUD Panyabungan pada, Sabtu (20/4/2024), sekitar pukul 06.00 lantaran mengalami diare atau mencret. Penyakit itu dialami sejak sekitar pukul 04.00.
Begitu tiba di IGD, petugas medis langsung melakukan penanganan dengan menyuntik pasien dan memberi infus. Namun, hanya berselang sekitar 15 menit setelah disuntik dan infus, bayi mengalami kejang-kejang.
Melihat kondisi itu, Manaf dan istrinya, Latifah panik. Mereka sempat berkali-kali meminta penjelasan, namun selalu tidak mendapatkan jawaban yang logis. “Mereka bilang itu hal biasa pasca disuntik serta diinfus,” kata ayah umur sekitar 54 tahun.
Sekitar pukul 19.00, Sabtu (20/4/2024), pasien dipindahkan ke ruang perawatan meskipun tidak ada perkembangan positif terkait kondisi kesehatan pasien. Bahkan tampak makin lemas dan menjadi tidak sadar.
Lalu, sekitar pukul 22.00 petugas medis memasang selang dari dari hidung menuju perut untuk memasukkan makana dan minuman. Namun setelah selang dipasang, petugas medis malah membiarkannya begitu saja. Manaf dan keluarganya makin panik karena kasihan melihat kondisi si pasien.
Anehnya, sekitar pukul 24.00, petugas medis meminta keluarga pasien membeli susu. “Kenapa kami tidak disuruh dari pukul 22.00 saat selang hendak dipasang. Kalau sudah tengah malam, dimana lagi kami beli susu,” ujar Manaf.
Dia menambahkan, “Gimana saya tidak kesal, selang tetap terpasang, namun tidak ada minuman atau makanan yang dimasukkan ke perut anak saya.”
Manaf mengatakan waktu tiba di rumah sakit anaknya masih menangis, namun setelah mendapat perawatan justru menjadi kritis.
“Perawat menyebutkan anak saya kritis, sehingga dipindah ke ruang ICU dari ruang perawatan. Pelayanan RSUD Panyabungan yang seperti ini tidak bisa dibiarkan.” (*)
Editor: Akhir Matondang