BERBAGI
foto: ist

PENGANTAR—Fenomena siluman dalam seleksi masuk PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Mandailing Natal (Madina), Sumut tergolong sistematis. Tindakan ini suatu penzaliman terhadap mereka yang sudah mengabdi belasan tahun sebagai guru honorer.

Kami coba buka satu persatu secara bersambung nama-nama mereka yang lulus PPPK diduga menggunakan data palsu. Terindikasi  ‘main mata’ antara kepsek dan Dinas Pendidikan Madina.

Kita berharap jika ada peserta seleksi PPPK terbukti menggunakan data palsu, supaya dibatalkan. Jika perlu proses secara hukum.

Kenapa mereka yang sebagian tak pernah merasakan suka duka sebagai seorang guru honorer, bisa masuk Dapodik. Siapa sebenarnya yang bermain. Siapa ordal-nya. Satu per satu media ini bakal mengungkap melalui tulisan bersambung bertajuk “bongkar guru honorer siluman PPPK Madina”. *

INVESTIGASI kecil-kecilan masih di seputar Kecamatan Ulu Pungkut, Madina. Setelah dari SD Negeri 226 Desa Tolang, liputan soal dugaan guru honorer siluman dilanjutkan ke desa lebih ujung kecamatan ini, yakni SDN 231 Simpang Banyak.

Di sekolah ini ada seorang peserta tes penerimaan PPPK Madina 2023 dinyatakan lulus, yakni: Rahmad Azhari Daulay. Ia diterima melalui jalur Prioritas 3 (P3). Sekadar mengingatkan peserta yang ikut seleksi melalui kategori ini adalah seorang guru non ASN–tidak termasuk guru non ASN Prioritas I– di satuan pendidikan yang memiliki keaktifan mengajar minimal tiga tahun atau setara enam semester pada Dapodik.

Sesuai informasi GTK (Guru Tenaga Kependidikan) Dapodik yang didapat media ini, disebutkan Rahmad merupakan guru kelas sebagai honor daerah tingkat dua.

BERITA TERKAIT  Diskominfo Madina Akhirnya “Tersentak” Jelaskan Soal UKW, Ini Kata Mereka...

Perubahan terakhir PTK (Penelitian Tindak Kelas) Dapodik dilakukan pada, 2 November 2023, pukul 01.47. Sedangkan sinkron Dapodik pusat, 26 Desember 2023, pukul 00.53.

Sayang redaksi sudah berupaya mencari identitas dan profil sosok Rahmad, namun tidak didapatkan. Tidak jelas alamatnya, sehingga tak dapat dikonfirmasi. Paling tidak, supaya dapat diketahui aktivitasnya sehari-hari apakah dia seorang guru atau tidak.

Ini diperparah lagi identitas Rahmad tidak diketahui oleh Roni Rinaldi, kepala SD Negeri 231 Simpang Banyak. “Bagaimana saya jelaskan ya pak, saya tidak kenal,” katanya kepada Beritahuta saat ditemui di rumahnya, Desa Alahan Kae, Ulu Pungkut, Madina, Kamis (18/1/2024)

Namun berdasarkan ungkapan sejumlah sumber yang layak dipercaya, Rahmad pernah menjadi guru di SD, tetapi tidak tahu mengajar dimana.

Ada juga menyebutkan, pada 2021 lalu, Rahmad sempat menjadi guru SMP di Madina tapi tak sampai setahun, lalu ia pergi merantau ke Pematang Siantar, Sumut. Di sana dia bekerja salah satu perusahaan swasta. Nah, ketika ada seleksi penerimaan PPPK Madina 2023, dia pulang dan ikut mendaftar.

Roni Rinaldi mengatakan selain tidak kenal, juga tidak ada nama Rahmad Azhary Daulay dalam daftar Dapodik sekolah tersebut.

“Saya tidak kenal, bahkan baru saya tahu kalau ada yang lulus di sekolah saya atas nama Rahmad,” ujarnya.

BERITA TERKAIT  Wabup Madina Ajak Masyarakat Memaknai Al Quran sebagai Petunjuk dalam Kehidupan

Menurut Roni, di SDN 231 ada tiga guru honorer, yakni Pirman, Idham Kholik, dan Khairina Sriastuti Oktaviani. Pirman yang merupakan honor komite sejak 2011 dan masuk data Dapodik ikut seleksi masuk PPPK Madina 2023, namun tidak lulus.

Lalu, Khairina baru honor di sekolah itu dua tahun. Sedangkan Idham dinyatakan lulus pada seleksi penerimaan PPPK Madina tahun 2022. “Satu lagi, ada atas nama Purnama, juga lulus di sekolah kami,” katanya.

Roni menyebutkan tadinya Purnama honor di SMP Panyabungan Barat, namun pada September 2023 lalu dia datang menemui kepsek SDN 231 meminta pindah Dapodik ke sekolah tersebut. “Karena dia janji mau mengajar di sekolah kami, saya terima. Setelah masuk Dapodik, dia sempat enggak ada kabar. Mungkin sibuk mengurus pendaftaran PPPK, baru sekarang dia datang lagi katanya mau mulai aktif mengajar,” katanya.

Memang, kata dia, kedatangan Purnama saat itu tujuan utamanya adalah supaya dia bisa masuk data Dapodik untuk persyaratan tes PPPK. “Informasinya dia sudah 18 tahun mengajar di SMP Longat di Panyabungan Barat. Jadi dia pindah Dapodik.”

Soal siapa Rahmad, lagi-lagi Roni mengaku tidak kenal dan tak tahu identitasnya. “Jelasnya, dia bukan honorer kami dan tak mengajar di sekolah kami. Selain itu, juga tidak ada namanya dalam daftar Dapodik,” jelasnya.(*)

Editor: Akhir Matondang

 

BERBAGI